Kota Kupang, NTT — Pengadaan P3K Paruh Waktu 2025 Kota Kupang memasuki tahap penting saat Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, memberikan arahan langsung kepada peserta yang dinyatakan lulus dan sah diterima di lingkungan Pemerintah Kota Kupang. Dalam kesempatan tersebut, Wali Kota menegaskan bahwa proses ini bukan sekadar perekrutan pegawai, tetapi langkah strategis untuk menyelesaikan persoalan tenaga non-ASN serta memastikan kebutuhan ASN terpenuhi secara “tepat sasaran, tepat jumlah, dan tepat guna” demi peningkatan kualitas pelayanan publik.
Menurutnya, pengadaan P3K Paruh Waktu tahun anggaran 2025 adalah bagian dari reformasi birokrasi dan penguatan layanan dasar pemerintah. Wali Kota menilai bahwa kinerja pemerintahan tidak boleh stagnan meskipun kondisi keuangan daerah sedang terbatas. “Rekrutmen ini dilakukan agar pelayanan kepada masyarakat tetap berjalan optimal. Kalian hadir sebagai penguat pelayanan publik,” ujarnya.
Di hadapan ratusan peserta, Wali Kota Christian Widodo menegaskan bahwa hari itu bukan hanya penyerahan berkas administrasi, tetapi memiliki makna emosional dan moral yang lebih besar.
“Ini bukan hanya sekadar penyerahan dokumen. Ini adalah makna dari perjalanan panjang, ketekunan, kesabaran, dan keikhlasan kalian. Hari ini adalah hasil dari usaha itu. Kita beri tepuk tangan untuk kesejahteraan,” katanya disambut riuh tepuk tangan.
Wali Kota mengingatkan bahwa rasa bahagia yang dirasakan para P3K juga dirasakan oleh pemerintah daerah. Namun, kebahagiaan tersebut harus diimbangi kesadaran bahwa setiap amanah membawa konsekuensi.
Dengan nada tegas namun akrab, Wali Kota menyampaikan pesan mendalam mengenai tanggung jawab seorang pejabat publik.
“Ketika kita diberikan kekuatan, wewenang, atau kekuasaan baru, itu selalu diikuti tanggung jawab baru. Saya pun demikian. Kekuasaan besar yang saya pegang diikuti tanggung jawab besar. Kalau saya salah kebijakan, masyarakat bisa saja tidak makan,” jelasnya.
Wali Kota menekankan bahwa pegawai pemerintah harus terus sadar bahwa pelayanan kepada masyarakat adalah inti dari keberadaan ASN dan P3K. “Ingat, jabatan bukan untuk gaya-gaya, tetapi untuk melayani,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Wali Kota juga berbicara terbuka mengenai kondisi anggaran daerah yang terbatas. Ia mencontohkan soal kendaraan dinas yang tidak diganti meskipun masa jabatan memasuki periode baru.
“Mobil masih bagus. Meski aturan memungkinkan, saya tidak ganti mobil baru. Biasanya, ganti periode pasti mobil baru. Tapi kami tidak lakukan. Kami lakukan penghematan agar anggaran bisa dipakai untuk program yang lebih penting,” jelasnya.
Wali Kota ingin menunjukkan bahwa setiap pejabat harus rela berkorban di bidang masing-masing demi kepentingan publik. “Pengorbanan kecil di level pimpinan akan memberikan ruang lebih besar untuk kita mengatasi keterbatasan,” tegasnya.
Untuk memberikan motivasi, Wali Kota menyampaikan filosofi menarik tentang bintang dan kegelapan.
“Bintang tidak bisa bersinar di siang hari. Ia bersinar ketika langit gelap. Begitu juga kita. Kalau anggaran banyak, semuanya tampak mudah. Tapi saat anggaran terbatas, di situ kelihatan siapa yang berprestasi dan disiplin,” tuturnya.
Ia menjelaskan bahwa dalam kondisi penuh tantangan, pegawai yang bekerja dengan sungguh-sungguh akan menonjol dengan sendirinya. “Cahayanya akan kelihatan, walau kecil. Apalagi kalau terang,” katanya.
Wali Kota kemudian menjelaskan bahwa seorang pegawai tidak boleh hanya mengandalkan motivasi semata.
“Motivasi itu naik turun. Hari ini ibu bapak semangat karena dengar saya bicara. Besok bisa hilang. Tapi disiplin itu berbeda. Walau tidak semangat, tetap kita buat,” ujarnya.
Ia memberi contoh tentang rutinitas olahraganya yang sudah dijalani sejak SMA.
“Ada hari-hari saya malas, capek, seleb badan. Tapi saya tetap angkat beban meski jam 10 malam. Itu disiplin. Disiplin berada di atas motivasi,” katanya.
Pesan ini ditujukan untuk mendorong P3K tetap bekerja secara konsisten meski kondisi pribadi atau situasi kantor tidak sedang ideal.
Wali Kota menekankan bahwa di atas motivasi dan disiplin, ada hal yang jauh lebih penting: keikhlasan dalam melayani publik.
“Kadang kita bangun pagi ada masalah keluarga, atau lemas. Tapi ingat, disiplin akan mengalahkan itu. Tetap layani masyarakat dengan baik. Mereka datang bukan untuk mempersulit kita, tetapi untuk mencari solusi. Itu tugas kita,” ujarnya.
Menutup arahannya, Wali Kota menyampaikan pesan sosial dan moral agar para pegawai tidak merayakan keberhasilan ini secara berlebihan.
“Jangan pesta berlebihan, apalagi sampai utang. Kita sedang berada dalam suasana duka karena bencana di Sumatera. Rayakan secara sederhana—makan bersama keluarga itu sudah lebih dari cukup,” pesannya.
Ia menekankan bahwa perayaan sederhana justru menunjukkan kedewasaan seorang aparatur. “Momen ini bersejarah, tapi rayakan dengan cara yang bijak dan sewajarnya.”
Dengan penuh kehangatan, ia menutup acara dengan ucapan selamat. “Proficiat untuk semuanya. Jaga tugas ini dengan baik.” *go
