Theodorus Widodo: "Satu Kesulitan dan satu Keberuntungan seorang Teman adalah Kesulitan dan Keberuntungan Bersama"
Mariana Neno Bais: “Anak Adalah Anak Panah, Orangtua Pemanah”
Adrianus Tualaka: “Tiga Tahun di Cina, Jadilah Agen Perubahan NTT”
RD. Stefanus Mau: “Sudah Tidak Zaman Lagi Kuliah Hanya di Dalam Negeri”
Kupang — Malam pelepasan dan pembekalan 12 calon mahasiswa asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang akan menempuh studi di Universitas Nantong, Cina, berlangsung penuh haru dan inspirasi. Dalam suasana hangat diiringi tepuk tangan keluarga dan para pendamping, satu per satu tokoh undangan menyampaikan kesan dan pesan penuh makna bagi generasi muda NTT yang akan menapaki dunia baru di negeri tirai bambu itu.
"Satu Kesulitan dan Satu Keberuntungan seorang Teman adalah Kesulitan dan Keberuntungan Bersama" (Theodorus Widodo)
Ketua INTI NTT, Theodorus Widodo di malam yang bermartabat memberikan kesan dan pesan penuh semangat kepada 12 calon mahasiswa asal NTT yang siap berangkat melanjutkan studi ke Universitas Nantong, Cina.
"Kami bersama orang tua, para kepala sekolah hadir malam ini disini, karena kalian anak-anak hebat, cerdas, berprestasi dan luar biasa. Oleh karena itu pesan saya sederhana: tetaplah kompak seperti malam ini. Satu kesulitan bagi seorang teman adalah kesulitan bagi semuanya, dan satu keberuntungan bagi seorang teman adalah keberuntungan bagi semuanya,” ucapnya disambut tepuk tangan hadirin.
Ketua INTI juga berpesan agar para student ini harus manfaatkan kesempatan yang ada perdalami ilmu semaksimalnya, supaya menjadi bekal majukan NTT dan Indonesia.
“Belajarlah dengan giat, gali ilmu pengetahuan sebanyak mungkin, dan bawa pulang untuk membangun NTT serta membangun Indonesia,” ujar Theodorus.
“Anak Adalah Anak Panah, Orangtua Pemanah” (Mariana Neno Bais)
Wakil Ketua Bidang Pendidikan PINTI NTT, Mariana Neno Bais, membuka pesannya dengan nada penuh bangga. Ia menyebut 12 mahasiswa itu sebagai anak-anak berani yang telah keluar dari zona nyaman untuk menjadi lebih mandiri.
“Mereka sudah berani mengambil keputusan besar, melangkah keluar dari zona nyaman. Ini kesempatan emas, jangan sia-siakan. Berangkatlah dengan genggaman doa dan kepercayaan orang tua,” ujarnya.
Mariana kemudian menyampaikan rasa syukur kepada para orangtua yang telah mempercayakan anak-anaknya dalam program beasiswa ini. Ia mengibaratkan anak-anak sebagai anak panah, dan orangtua sebagai pemanah yang harus siap melepas dengan keyakinan.
“Anak-anak itu ibarat anak panah, dan kita orangtua adalah pemanahnya. Saat panah sudah ditarik dan dilepaskan, biarkan mereka melesat jauh ke depan,” katanya disambut tepuk tangan hangat.
Dengan gaya khasnya yang akrab dan jenaka, Mariana juga menyisipkan pesan ringan kepada para siswa agar menjaga semangat, membawa ilmu, dan membangun NTT kelak.
“Kalau dapat jodoh di sana, bawa pulang, supaya kita bangun NTT bersama,” ujarnya sambil tersenyum.
“Tiga Tahun di Cina, Jadilah Agen Perubahan” (Adrianus Tualaka)
Sementara itu, Adrianus Tualaka, perwakilan orangtua dari Kabupaten Belu yang juga dikenal sebagai kepala desa berprestasi tingkat nasional, membagikan pengalamannya. Ia pernah menempuh pendidikan kepemimpinan singkat di Jepang, dan dari sana ia memahami pentingnya belajar di luar negeri untuk memperluas wawasan.
“Dalam waktu singkat di Jepang saya bisa berprestasi. Saya yakin, tiga tahun belajar di Cina akan melahirkan SDM yang lebih hebat lagi,” tegasnya.
Adrianus menekankan, anak-anak NTT yang berangkat ke luar negeri harus menjadi agen pembaruan dan pemimpin berkarakter ketika kembali.
“Belajarlah sungguh-sungguh. Tunjukkan bahwa kalian adalah calon pemimpin muda Indonesia yang siap membangun NTT,” pesannya.
Ia juga menyoroti relevansi bidang studi yang diambil para mahasiswa mulai dari e-commerce, software, hingga lingkungan hidup sebagai isu strategis masa depan.
“Itu isu-isu penting dunia. Saya yakin anak-anak ini akan menjadi netizen yang cerdas dan pemimpin masa depan yang peduli kemajuan NTT,” ujarnya.
Di akhir sambutan, Adrianus menyampaikan apresiasi kepada Ketua INTI NTT Theodorus Widodo, Yovandra, serta para kepala sekolah dan orangtua yang telah berperan aktif mendukung program ini.
“Terima kasih untuk semua pihak. Harapan kami, tahun depan bisa lebih banyak lagi anak NTT yang berangkat,” tutupnya.
“Sudah Tidak Zaman Lagi Kuliah Hanya di Dalam Negeri” (RD. Stefanus Mau)
Perwakilan sekolah yang juga Kepala SMA Giovani Kupang, RD. Stefanus Mau, menyampaikan kebanggaannya kepada para alumni sekolahnya yang termasuk dalam 12 mahasiswa terpilih tersebut.
“Mereka adalah anak-anak terbaik, berprestasi, dan sudah siap menghadapi dunia baru di Cina,” katanya.
Ia menceritakan pengalaman seorang alumni yang kini sudah semester tiga di Tiongkok dan kembali memberikan testimoni.
“Awalnya memang ada kecanggungan, tetapi kini ia mampu menyesuaikan diri. Dari sisi akademik dan keterampilan, anak-anak kita tidak kalah dari mahasiswa negara lain,” ujarnya bangga.
RD. Stefanus menegaskan pentingnya membuka diri terhadap peluang pendidikan internasional.
“Sudah tidak zaman lagi kuliah hanya di dalam negeri. Banyak beasiswa luar negeri yang bisa membuka wawasan dan pengalaman baru,” katanya.
Ia juga menenangkan kekhawatiran orangtua yang sempat ragu melepas anak ke luar negeri karena pengaruh media sosial.
“Anak-anak kita sudah ditempa di sekolah-sekolah yang hebat. Mereka siap belajar, beradaptasi, dan menjadi agen perubahan. Yang penting, kita terus dukung mereka dengan doa,” pesannya.
Akhir yang Mengharukan
Acara pelepasan ditutup dengan doa bersama dan pesan penuh harapan. Para orangtua meneteskan air mata bangga, sementara para siswa memeluk mereka sebelum berangkat ke bandara keesokan paginya.
Malam itu menjadi saksi bahwa mimpi besar anak-anak NTT telah dilepaskan ke langit dunia dengan panah harapan yang siap melesat jauh membawa ilmu, pengalaman, dan semangat untuk membangun Nusa Tenggara Timur yang lebih maju. *(go)





