Sumba Barat – Wakil Bupati Sumba Barat, Thimotius Tede Ragga, membuka resmi diskusi publik bertajuk “Urgensi Keadilan Ekologis di Pada Eweta Manda Elu” yang digelar oleh WALHI NTT, Jumat (5/9/2025).
Dalam sambutannya, Thimotius menegaskan komitmen pemerintah untuk melindungi kelestarian lingkungan berdasarkan kearifan lokal masyarakat adat Sumba. “Adat istiadat kita itu mengalir dari pikiran dan hati setiap anak kampung. Saya adalah orang adat, maka pasti beradab. Karena dalam adat ada nilai moral tertinggi untuk menghargai sesama dan menjaga alam,” ucapnya.
Ia menekankan bahwa sabana, hutan, dan sumber air harus dijaga bersama karena merupakan warisan leluhur. “Pertahankan ritual pengkramatan sumber air dan hutan. Itu milik suku, bukan milik pribadi,” katanya.
Thimotius juga mengingatkan generasi muda agar tidak mudah terprovokasi isu-isu destruktif. “Sumba adalah Tana Besa Tana Bara – tanah keramat dan tanah leluhur yang wajib kita jaga. Ikuti perkembangan zaman, tapi jangan pernah meninggalkan identitas sebagai orang Sumba yang beradat.”
Selain pemerintah, sejumlah tokoh adat dan organisasi juga hadir, di antaranya Rato Kornelis Bili, Debora Rambu Kasuatu (Ketua PW AMAN Sumba), Marthen Ragowino Bira (Kepala Desa Tebara), serta perwakilan WALHI Nasional.
Pesan senada juga disampaikan Debora Rambu Kasuatu yang menekankan pentingnya mewariskan sejarah leluhur kepada anak-anak. “Ajarlah mereka agar bangga menjadi anak Humba yang setia menjaga tanah dan ekosistemnya,” ujarnya.
Diskusi ini meneguhkan kembali semangat kolektif masyarakat adat Sumba untuk melestarikan sabana, hutan, serta adat istiadat yang menyatu dengan keadilan ekologis. *(go)
