Kupang – Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Theodorus Widodo, menegaskan pentingnya menjaga kedamaian dan persatuan bangsa melalui Deklarasi Damai yang digelar FPK NTT bersama 38 paguyuban etnis di pelataran Gedung Sasando, Kantor Gubernur NTT, Rabu (3/9/2025).
Deklarasi Damai dan Doa Bersama dari forum ini, dihadiri Wakil Gubernur Johni Asadoma. Seruan ini sebagai wujud solidaritas menjaga persatuan, keamanan, dan ketenteraman bangsa.
Isi Deklarasi Damai FPK NTT dan 38 Paguyuban Etnis:
1. Menghargai semua aspirasi yang disampaikan dengan tujuan mulia demi Indonesia yang lebih baik.
2. Aspirasi wajib disampaikan secara santun dan damai sesuai nilai-nilai luhur bangsa.
3. Semua pihak perlu menjaga harmoni kehidupan yang telah terbangun baik selama ini.
4. Menentang keras tindakan anarkis yang dilakukan pihak tidak bertanggung jawab.
5. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa demi kelanjutan pembangunan di bumi Nusantara.
Deklarasi ini ditandatangani oleh Forum Pembauran Kebangsaan NTT bersama 38 paguyuban etnis sebagai bentuk komitmen menjaga kedamaian di Indonesia, khususnya Tanah Flobamora.
Theo Widodo: Seruan Damai untuk Ibu Pertiwi
Ketua FPK NTT, Theo Widodo menjelaskan, bahwa Forum Pembauran Kebangsaan adalah salah satu forum resmi yang dibentuk pemerintah bersama dua forum lainnya, yakni Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM).
“Peran kebangsaan adalah wadah yang dibentuk oleh pemerintah, bersama FKUB dan FKDM. Semoga seruan damai ini didengar oleh seluruh anak bangsa, karena sekali lagi, kita semua terlahir dalam etnis tertentu. Ketika seruan ini disampaikan oleh Forum Pembauran Kebangsaan, maka itu sudah mencakup semua warga yang berdiam di bumi Flobamora,” ungkap Theo.
Theo menambahkan bahwa Deklarasi Damai ini diinisiasi setelah berbagai diskusi bersama pengurus dan paguyuban etnis di NTT. Langkah ini diambil untuk merespons situasi nasional yang belakangan ini dinilai rawan dan berpotensi menimbulkan gesekan.
“Kenapa aksi ini penting? Karena kami menyikapi situasi nasional akhir-akhir ini. Setelah melalui diskusi-diskusi, kami sepakat melakukan deklarasi damai pada sore hari ini, tanggal 3 September 2025. Tujuan kami adalah menghimbau dan menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat untuk tetap menjaga suasana aman dan damai, baik di Indonesia maupun di Nusa Tenggara Timur yang kita cintai,” tegas Theo.
Theo juga menggarisbawahi bahwa keterlibatan 38 paguyuban etnis di NTT menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Flobamora menjunjung tinggi persaudaraan lintas suku dan budaya.
“Hari ini, semua paguyuban hadir dan ikut serta. Ada 38 paguyuban di NTT, semuanya ikut dalam deklarasi damai ini. Itu artinya kita semua sepakat untuk menjaga persatuan, kerukunan, dan keamanan bersama,” jelasnya.
Deklarasi damai tersebut, kata Theo, bukan sekadar seremonial, melainkan komitmen nyata dari masyarakat NTT untuk ikut merawat Ibu Pertiwi yang tengah terluka.
“Melalui deklarasi ini, kami ingin menguatkan kepada seluruh elemen masyarakat agar menjaga kedamaian di bumi nusantara. NTT harus tetap aman, damai, dan menjadi teladan dalam keberagaman yang rukun,” pungkas Theo.
Wagub Johni Asadoma: Keamanan Adalah Fondasi Pembangunan
Dalam arahannya, Wakil Gubernur Johni Asadoma mengapresiasi kegiatan deklarasi damai tersebut.
“Tanpa situasi aman dan tenteram, pembangunan tidak dapat berjalan. Keamanan adalah faktor paling fundamental dalam membangun bangsa dan negara. Kesatuan dan persatuan yang sudah terbentuk harus terus dijaga. Kegiatan ini sangat positif, konstruktif, dan produktif,” tegas Johni.
Ia menambahkan, masyarakat NTT yang terdiri dari beragam etnis, suku, dan agama harus tetap kompak menjaga toleransi.
“Meskipun berbeda, tujuan kita satu: menciptakan NTT yang aman, damai, dan nyaman demi kemajuan daerah dan bangsa,” jelasnya. *(go)