Camping Merdeka FPK NTT: Kibarkan Merah Putih di Puncak Mutis, Rayakan HUT ke-80 RI Sambil Promosikan Wisata Fatumnasi

Kupang, NTT— Dalam semangat memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar kegiatan unik bertajuk “Camping Merdeka”, yang diwarnai dengan pengibaran bendera Merah Putih di kawasan Gunung Mutis, Kecamatan Fatumnasi, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), pada 17-18 Agustus 2025.

Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 75 peserta dari berbagai etnis yang tergabung dalam FPK, yang berasal dari total 38 etnis di NTT, seperti Jawa, Bali, Timor, Rote, Sabu, dan lainnya. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada perjuangan para pahlawan, kegiatan ini juga bertujuan untuk mempererat kebersamaan lintas etnis serta mempromosikan potensi wisata dan budaya lokal Fatumnasi.

Perayaan Kemerdekaan yang Berbeda

Ketua FPK NTT, Theodorus Widodo, mengatakan bahwa Camping Merdeka tahun ini menjadi momen spesial karena dikemas berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jika biasanya upacara dilakukan di taman kota, kali ini dipindahkan ke alam terbuka yang penuh nilai sejarah dan keindahan alam.

 “Kita tiga tahun berturut-turut menyelenggarakan upacara di alun-alun kota. Tahun ini kita ingin ganti suasana. Kita adakan Camping Merdeka di Gunung Mutis, sekaligus mengibarkan bendera Merah Putih di sana. Ini demi membangun semangat kebersamaan, rasa kekeluargaan lintas etnis, dan memperpanjang momen refleksi kemerdekaan,” ujar Theodorus yang didampingi Ketua Penitia Poedji Watono, Koordinator Lapangan Kiyai Pono M.S., dan Bendahara FPK Muallim Chaniago saat jumpa pers, Jumat (15/8/2025).

Ketua FPK juga menegaskan bahwa kegiatan semacam ini akan terus menjadi agenda rutin tahunan, dengan konsep yang terus disesuaikan agar semakin menyentuh masyarakat dan memperkuat rasa kebangsaan.

“Tahun depan kita evaluasi lagi bentuknya. Yang penting semangatnya tetap: membaur, berbagi, dan mengingat jasa pahlawan dengan cara yang bermakna. Ini lebih dari sekadar upacara,” tegas Theo Widodo.

Dari Api Unggun hingga Prosesi di Bukit Marmer

Kegiatan dimulai pada 17 Agustus siang, dengan rombongan berangkat dari Kupang menuju Desa Fatumnasi. Setibanya di sana sekitar pukul 16.00 WITA, peserta disambut oleh tokoh masyarakat setempat, Mak Toni Kuadrat, dan warga Fatumnasi.

Malam harinya, diadakan Renungan Kemerdekaan dengan suasana hening dan khidmat di sekitar api unggun, diiringi pembacaan puisi, teaterikal kemerdekaan, sambutan ketua FPK, serta penampilan kesenian daerah dari berbagai paguyuban etnis. Acara ditutup dengan tarian massal Bonet, yang melibatkan semua peserta dan warga lokal.

Keesokan paginya, 18 Agustus pukul 07.00 WITA, rombongan menuju Lapangan Oenino, gerbang pendakian Gunung Mutis. Di lapangan ini dilakukan pengibaran bendera Merah Putih, yang juga dilaksanakan secara simbolis di Bukit Marmer – dikenal sebagai Benteng Dua Putri, oleh tim pendaki khusus dari panitia.

Berbagi Kasih dan Gotong Royong

Momentum kemerdekaan ini juga menjadi ajang berbagi kasih. FPK menggalang donasi berupa 25 paket sembako, pakaian layak pakai, dan bantuan kesehatan gratis untuk warga Fatumnasi.

Ketua Panitia, Poedji Watono, menyampaikan bahwa partisipasi aktif anggota FPK menjadi bukti nyata semangat gotong royong.

“Kami ingin perayaan kemerdekaan ini tidak hanya seremoni, tapi menyentuh langsung masyarakat. Donasi berupa sembako, pakaian, dan kegiatan medis ini bentuk rasa syukur kita atas kemerdekaan. Semuanya murni dari gotong royong anggota FPK,” jelas Poedji.

 “Alhamdulillah, target 25 paket sembako sudah terpenuhi. Bahkan ada tambahan dari donatur. Untuk konsumsi dan transportasi, kita urunan, dan juga mendapat dukungan dari Pemkot serta donasi lain,” tambahnya.

Promosi Potensi Wisata dan Budaya Fatumnasi

Tak hanya tentang upacara dan refleksi kemerdekaan, Camping Merdeka ini juga dimanfaatkan untuk memperkenalkan potensi wisata dan budaya lokal Fatumnasi, yang dijuluki sebagai “Surga Tersembunyi di NTT”.

Peserta menikmati berbagai aktivitas seperti: Wisata Hutan Ambubu (bonsai alam); Melihat rumah adat Lopo dan Homebubu; Melihat langsung proses menenun kain tradisional; Wisata petik kopi, daun prei, dan sayur lokal; Berbelanja hasil bumi dan tenun langsung dari warga.

 “Kita ingin wisata Fatumnasi ini lebih dikenal. Ada kopi, sayur, tenun, hutan bonsai, dan bukit marmer yang indah. Kita bantu promosikan. Hasil panen dan kerajinan mereka bisa langsung dibeli peserta. Sensasinya luar biasa,” ucap Poedji.

Kolaborasi Lintas Etnis, Lintas Generasi

Dengan 38 etnis yang tergabung dalam FPK NTT, kegiatan ini menjadi simbol kerukunan dan kolaborasi antar suku di NTT. Dari jumlah tersebut, sebanyak 11 etnis telah aktif ikut serta, membawa total peserta mencapai 75 orang – jumlah yang dianggap ideal untuk menyesuaikan kapasitas dan akomodasi di lokasi.

 “Kita undang semua paguyuban. Yang ikut 75 orang, cukup ideal karena warga di Fatumnasi juga sekitar 50-an. Ini kegiatan lintas etnis yang penuh makna,” ujar Poedji. *(go)












Iklan

Iklan