Washington - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan dirinya "kecewa tapi belum selesai" dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pernyataan ini disampaikannya dalam wawancara eksklusif bersama Gary O'Donoghue dari BBC, 15 Juli 2025 melalui sambungan telepon langsung dari Gedung Putih, hanya beberapa jam setelah mengumumkan langkah-langkah baru terkait konflik di Ukraina.
Saat ditanya apakah ia masih mempercayai pemimpin Rusia tersebut, Trump menjawab tegas, “Saya hampir tidak mempercayai siapa pun.”
Trump berbicara setelah mengumumkan rencana pengiriman senjata tambahan ke Ukraina dan mengeluarkan peringatan keras kepada Rusia. Jika dalam 50 hari ke depan tidak tercapai kesepakatan gencatan senjata, ia mengancam akan memberlakukan tarif berat terhadap Moskow.
Dalam wawancara berdurasi 20 menit tersebut, Trump mengaku telah beberapa kali merasa hampir mencapai kesepakatan damai dengan Putin. “Sudah empat kali saya pikir kami hampir menyelesaikannya,” ujar Trump. “Lalu dia (Putin) malah menghancurkan gedung di Kyiv.”
Ketika ditanya apakah dirinya telah menyerah terhadap Putin, Trump menjawab: “Saya kecewa padanya, tapi saya belum selesai dengannya. Tapi ya, saya kecewa.”
Dukungan untuk NATO
Trump juga menanggapi pertanyaan seputar NATO, aliansi militer yang sebelumnya ia kritik sebagai “usang”. Namun kini, nada bicaranya berubah. “Saya pikir NATO sekarang menjadi kebalikan dari itu,” ujar Trump, “karena mereka mulai membayar tagihan mereka sendiri.”
Ia juga menegaskan dukungannya terhadap prinsip pertahanan kolektif NATO, menyatakan bahwa itu penting untuk membantu negara-negara kecil menghadapi ancaman dari negara besar.
“Saya percaya pada pertahanan bersama. Itu masuk akal. Dunia lebih aman dengan itu,” katanya.
Refleksi Setelah Upaya Pembunuhan
Wawancara ini dilakukan bertepatan satu tahun setelah upaya pembunuhan terhadap Trump dalam kampanye di Butler, Pennsylvania. Ketika ditanya apakah kejadian itu mengubah pandangannya, Trump menjawab, “Saya tidak suka memikirkan apakah itu mengubah saya. Kalau saya terlalu memikirkannya, itu bisa mengubah hidup saya.”
Tentang Inggris dan Raja Charles
Trump juga membahas rencananya untuk melakukan kunjungan kenegaraan kedua ke Inggris pada September mendatang—kunjungan yang belum pernah dilakukan oleh presiden AS sebelumnya. Ia menyebut Inggris sebagai “negara besar” dan menyatakan rasa hormatnya kepada Raja Charles.
“Saya ingin bersenang-senang dan menghormati Raja Charles, karena beliau adalah pria yang sangat terhormat,” kata Trump, seraya menyebut bahwa dirinya memiliki properti di Inggris dan merasa memiliki kedekatan dengan negara tersebut.
Ancaman, Diplomasi, dan Strategi
Pernyataan Trump menunjukkan bahwa meskipun kecewa terhadap langkah-langkah Putin, ia belum menutup pintu bagi diplomasi. Namun, dengan tekanan yang semakin besar terhadap Rusia dan dukungan terbuka bagi Ukraina serta NATO, strategi Trump ke depan akan menjadi sorotan utama dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat menjelang pemilu 2026. ***