![]() |
Foto: Kepala Badan Pendapatan Aset Pemprov NTT, Alexon Lumba |
Kupang, — Pengelolaan Aset Besipae Miliaran Rupiah dan Besipae Kabupaten TTS kini Macet Total, Lahan Peternakan Gersang dan Tak Produktif . Hal ini menjadi sorotan terhadap kinerja Pemprov NTT sekarang. Padahal, di masa awal pengelolaannya, lahan tersebut pernah ditanami rumput unggul dan dihuni oleh sejumlah ternak sapi.
Seluruh upaya sebelumnya tampaknya sia-sia, sejak pengambilalihan Besipae. Rumput jenis odol yang diharapkan menjadi pakan utama malah mati. Sapi-sapi yang pernah diternakkan pun tak lagi terlihat, meninggalkan lahan kosong tak bertuan. Kondisi ini memicu dugaan bahwa aset daerah bernilai besar tersebut kini menjadi proyek macet tanpa kejelasan arah.
Menanggapi hal ini, Kepala Badan Pendapatan Aset Pemprov NTT, Alexon Lumba, menjelaskan kepada media usai acara coffee morning dan media gathering bersama Gubernur NTT pada Sabtu (10/5/2025), bahwa secara administrasi, lahan di Besipae dan Liliya adalah milik Pemerintah Provinsi NTT dan telah tercatat dalam neraca keuangan daerah.
"Secara teknis, pengembangan aset itu menjadi tanggung jawab dinas teknis, termasuk dalam hal penganggaran. Kami di Badan Pendapatan dan Aset hanya mengelola penatausahaannya," kata Aleks.
Ia juga mengakui bahwa dua lokasi itu sebelumnya sempat dikunjungi oleh calon mitra pihak ketiga untuk kerja sama pengelolaan. Namun hingga kini belum ada tindak lanjut karena masih dalam tahap pengkajian. Menurutnya, kerja sama ini diharapkan bisa mengoptimalkan aset serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Sementara itu, publik mempertanyakan transparansi dan efektivitas pengelolaan aset, terutama dengan mandeknya investasi yang nilainya mencapai miliaran rupiah. Apalagi hasilnya tidak sesuai harapan, justru lahan yang seharusnya produktif berubah menjadi ladang gagal.
Pemerintah Provinsi diminta bertindak cepat agar aset tersebut tidak terus menjadi beban, tetapi bisa kembali memberi manfaat untuk masyarakat. *(go)