Dinilai Ucapan Tak Elok Demi Lagu Kebangsaan, Pj. Walikota Kupang Dirongrong Jabatan

KUPANG // Penjabat Walikota Kupang George Hadjo dirongrong turun dari jabatannya oleh sekelompok pendemo yang menamakan diri sebagai Forum Peduli Masyarakat Kota Kupang (FMPKK).

Kelompok pendemo ini terdiri dari 15 orang seorang  koordinator dan 14 sebagai anggota. Mereka juga saat unjuk rasa didukung oleh sekelompok mahasiswa yang turut mengambil bagian dari peristiwa tersebut.

Kelompok Forum masyarakat yang menginginkan Penjabat (Pj) Walikota Kupang turun dari jabatannya berorasi mulai  di depan gedung kantor DPR Kota Kupang.

Mereka mendesak agar Ketua, Wakil Ketua DPRD Kota Kupang bersama anggotanya segera mengambil sikap terhadap Pj. Walikota Kupang yang menurut mereka dinilai tidak layak lagi untuk menduduki posisi tersebut. .

Menurut mereka Goerge Melkianus Hadjo   melakukan perbuatan yang tidak berkenan kepada sekelompok anak-anak dan juga  tidak berhasil selama menjabat sebagai pengganti walikota sebelumnya.

Setelah melakukan demo di depan kantor Gedung DPRD Kota Kupang kelompok pendemo melanjutkan dengan perjalanan menuju Kantor Walikota Kupang. 

Di kantor Walikota mereka diterima  oleh Pj. Walikota George M Hadjo bersama stafnya di lantai 2  ruang Garuda. Peristiwa ini terjadi pada Senin, (17/7/ 2023) sebagaimana disaksikan media di lapangan.

Sebelum menyampaikan aspirasinya,  Goerge Hadjo nenulai dengan doa lalu meminta  kelompok pendemo dari FPMKK menyampaikan apa yang ingin mereka sampaikan.

Koordinator FMPKK, Harry Kolimon koordinator langsung berbicara maksud dan tujuan kehadiran mereka. Dimulai dengan nada yang pelan berangsur-angsur naik dan besar suaranya.  Dibeberkan beberapa persoalan yang menurut mereka cukup mengecewakan karena katanya kurang adanya respon terhadap niat FPMKK yang telah diupayakan untuk bertemu selama ini.

"Kami merasa kecewa  sikap tidak respon Pak Penjabat terhadap surat kami  sudah 10 bulan ingin tatap muka dengan Pak. Karena itu kehadiran kami dengan nada kecewa mau menyampaikan surat terbuka kepada bapak. Kami tidak ingin bapak menanggapi pembicaraan kami," ungkap Harry Kolimon.

Surat terbuka itu yang dimaksudkan mereka adalah surat pengaduan yang dialamatkan kepada Menteri Dalam Negeri dengan beberapa poin untuk menjadi perhatian.

Penyampaian koordinator itu pada intinya menekankan dua hal pokok yang harus dilakukan oleh George Hadjo selaku pejabat Walikota Kupang.

"Selaku koordinator Forum Peduli Masyarakat Kota Kupang dengan didampingi anggota dan beberapa ade mahasiswa, kami meminta pertama, pejabat Walikota Kupang George Hadjo harus segera meminta maaf kepada anak-anak dan orangtua yang dikatai monyet saat  peristiwa pembukaan Pekan Olahraga sepak bola yang telah terjadi di Kota Kupang. Kata monyet itu tidak pantas diungkapkan seorang penjabat. Itu kata kasar, makian, masa seorang penjabat bucara seperti itu dengan anak-anak. Orangtua tidak terima, harus segera minta maaf," tuntutnya.

"Kedua, kami melihat dan menilai  kinerja bapak selama ini sangat buruk, maka tidak boleh lagi di masa akhir mengusulkan diri sebagai calon Penjabat untuk  tahun depan setelah akhir masa jabatan," tambah Harry.

Seusai menuntut dua hal tersebut koordinator FMPKK kembali menekankan agar Pj. Walikota hanya menerima dokumen yang mereka serahkan, tak perlu beliau merespon apapun terhadap apa yang mereka sampaikan. Namun hal itu tentu tidak mungkin sebagai seorang Penjabat yang telah membuka diri dan  mendengarkan keluh kesah dan tuntutan mereka tidak ditanggapi. 

Penjabat Walikota tak gubris dengan hal itu, ia berupaya meyakinkan mereka agar mereka bisa mendengarkan apa yang dia sampaikan. 

"Terhadap kata monyet saya ungkapan  saat itu kita harus mengerti konteks dan substansinya. Kita tidak hadir lalu hanya mendengar dan abaikan substansi persoalan. Perlu diketahui  karena pada saat itu lagu Indonesia Raya sementara berkumandang dan semua peserta diharapkan dalam sikap memberi hormat, tapi ada sekelompok anak-anak yang duduk santai bersenda gurau tertawa dan semacam ribut. Anaj-anak itu tidak menghormati lagu kebangsaan Indonesia Raya," ungkapnya.

"Lagu Indonesia Raya adalah sebuah lagu yang sakral yang merupakan cerminan dari perjuangan para pahlawan yang berdarah-darah merebut kemerdekaan Republik Indonesia, tetapi anak-anak itu berulang-ulang ditegur nampaknya mereka tidak gubris.  Ketika ditegur dan diajak ambil sikap hormat  berulang-ulang tidak juga maka keluarlah kata monyet. Bukan maki untuk sadarkan mereka," tutur Pj. George.

George juga mengatakan perkara kedudukan yang diembannya sekarang adalah buka jabatan politik. Posisinya adalah jabatan karir. Ia bukan dipilih dalam pemilu tapi diangkat oleh pemerintahan pusat. 

"Jabatan yang saya emban ini bukan polilitik, tapi karir. Jadi bukan saya yang mengusulkan. Masa saya berakhir diusul atau tidak itu bukan urusan saya. Saya tinggal mengikuti saja, itu panggilan sebagai seorang birokrasi ASN. Kalau dinilai kinerja buruk atau baik silakan nilai, tapi sebagai penjabat saya menjalankan tugas sesuai aturan dan kepercayaan yang diberikan," ujarnya.

Situasi Ini  akhirnya tidak berlanjut lama akibat ketika penjelasan yang disampaikan oleh penjabat Walikota, beliau membanting buku di atas mejanya yang mengundang reaksi spontan tidak terima oleh  pendemo.

Membanting buku tak diterima kelompok unjuk rasa ini karena dinilai seorang harus lebih tenang menyampaikan pendapat terhadap mereka. suasana itu terjadinya kacau dan kurang kondusif dan akhirnya pendemo menyerahkan berkas lalu keluar dari ruangan.

"Pak seorang pemimpin bicara tidak boleh banting buku seperti itu. Sebagai penjabat harus tenang bukan kasar banting buku saat bicara, ayoh kita serahkan dokumen dan kita pulang," protes Fence Pello salah satu dari anggota FPMKK.*(go)

Iklan

Iklan