Gerakan Selamatkan Ibu dan Bayi USAID MOMENTUM Dukung Sistem Rujukan Inisiatif Lokal

Mutiaratimur.net // USAID Momentum merupakan perpanjangan tangan pemerintahan Amerika Serikat (AS) dalam hal ini Program Kementerian Kesehatan AS bekerjasama dengan Pemerintah Republik Indonesia (RI) melalui Kementerian Kesehatan RI dalam visi menurunkan angka kematian ibu hamil dan bayi baru lahir di Indonesia.

Demikian Joko Sutikno Pimpina USAID Momentum pada acara temu media baik secara tatap muka (offline) maupun online di hotel Aston, Kupang, Nusa Tenggara Timur Jumat (22/4).

Joko Sutikno pada acara temu media yang bermaksud untuk meningkatkan peran media dalam memperkuat sistem rujukan berbasis masyarakat dan kompetensi menyelamatkan ibu dan bayi di provinsi Nusa Tenggara Timur memulai dengan menyampaikan tingkat kematian ibu bayi di NTT yang masih memprihatinkan.

 "Tanpa menyepelekan apa yang telah dilakukan oleh dinas terkait dan para pihak untuk mengatasi kematian ibu dan bayi,  maka USAID MOMENTUM hadir untuk ambil bagian dalam permasalahan tersebut. Walaupun sudah ada upaya-upaya untuk menurunkan angka kematian ibu hamil dan bayi tetapi di NTT masalah ini masih terus berlanjut dan angka kematian ibu dan bayi termasuk cukup tinggi," ungkapnya.

Menurut Sutikno USAID Momentum bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI mengembangkan program dengan tujuan untuk menurun masalah kematian ibu hamil dan bayi di Indonesia, termasuk NTT.

"Program ini merupakan program Kementerian Kesehatan Amerika Amerika serikat melalui USAID momentum dan Pemerintahan Republik Indonesia melalui Kementerian Kesehatan dengan tujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak di Indonesia. Salah satunya di Provinsi Nusa Tenggara Timur,"ucapnya soal ada kerjasama tersebut.

Program Momentum ini di NTT  dilaksanakan sejak bulan Oktober tahun 2020 dan akan berlanjut sampai tahun  2024. Program tersebut oleh USAID MOMENTUM amat singkat sehingga perlu ada langkah kerja fokus dan ekstra untuk dapat menyelesaikan dengan hasil yang dapat menekan akan kematian ibu dan bayi.

"Program ini dengan waktu sangat singkat. Karena itu kita perlu mengambil langkah-langkah bagaimana untuk mengatasinya. Dalam waktu yang sesingkat ini kita punya program di 21 kabupaten dan 1 Kota. Program kita memiliki  tujuan  yaitu, meningkatakan kualitas petugas kesehatan dalam pelayan kesehatan primer," jelasnya.

Joko Sutikno juga menyampaikan kegiatan USAID MOMENTUM pada  tahun pertama ada dua fase,  fase pertama 3 kabupaten, fase kedua 10 kabupaten jadi sudah ada 13 Kabupaten yang telah menerima programnya. 

Tahun kedua sudah mencapai 22 kabupaten/Kota. Kegiatan MOMENTUM juga pada tahun ke tiga   akan tetap dengan 22 kabupaten/ kota.

Pimpinan USAID MOMENTUM pada kesempatan ini memaparkan tujuan dan pengembangan program telah dan sedang terlaksana.

Tujuan  program Momentum pertama adalah meningkatkan kulitas pelayanan teknis kesehatan, seperti sudah dilakukan di Kabupaten Sumba Barat Daya, Kupang dan TTS.

Kedua, meningkatakan kualitas rujukan pelayanan kesehatan, seperti melalui pelatihan fasilitator kesehatan, penyiapan mobil ambulance rujukan. 

Ketiga, pengambilan keputusan. Membangun komitmen bersama dengan pemerintah untuk kegiatan program secara kolaboratif dalam mengatasi masalah kematian ibu hamil dan bayi.

Sementara dari Pemerintah Provinsi NTT, Dinas Kesehatan Dokter Mese, mengharapkan agar USAID MOMENTUM  bersama dinas kesehatan dari sisi data angka kematian ibu hamil dan bayi baru lahir agar bisa melihat kembali sebab ada perbedaan. Perbedaan input itu seperti, hasil SDKI angka kematian ibu 539/100 RB KH, angka kematian bayi 45/1000 KH. Sedangkan Hasil perhitungan Program angka kematian ibu di NTT  198/100RB KH dan angka kematian bayi 12/1000.

 "Data kematian ibu dan bayi antara laporan data rutin dan diskes  di provinsi NTT terlihat ada perbedaan soal kematian ibu dan anak. Perbedaan ini saya meminta agar USAID Momentum   bersama dengan Dinas kesehatan untuk bisa menyikapi lebih jauh sehingga bisa menemukan yang terbaik," ungkap Kadis Kesehatan ketika menjadi pembicara awal pada USAID MOMENTUM Media Briefing.

Dokter Meserasi juga mengatakan, bahwa dalam hal masih ada kematian ibu dan bayi dengan angka yang memprihatinkan menunjukkan hal itu bukan hanya karena pelayanan dari faskes terdekat ataupun dari rumah sakit melainkan akibat keterlambatan rujukan. 

"Kematian ibu hamil dan bayi, sehingga angka persalinan tinggi penyebabnya keterlambatan rujukan. Karena itu perlu ada sebuah format yang lebih baik dalam menyikapi persoalan tentang keterlambatan rujukan ibu hamil melahirkan. Para tenaga medis  dan dinas kesehatan kabupaten kota perlu bersiap diri untuk melakukan langkah-langkah yang bisa mengantisipasi agar masalah kematian ibu hamil dan bayi  angkanya bisa turun sejauh mungkin,"ujar dr.Mese melalui saluran virtual dari Manggarai Barat.


USAID MOMENTUM pada temu media juga menampilkan tiga narasumber, satu  pokja dan dua dari pelaksana dari kabupaten  yang sangat peduli terhadap masalah keselamatan ibu hamil dan bayi baru lahir dengan sistem rujukan berbasis masyarakat atau inisiatif lokal. 

Rujukan itu seperti yang pernah dilakukan di Kabupaten Flores Timur dikenal dengan 2H2Center dan Mama Boi dari Kabupaten Rote Ndao. 

2H2 Center dari Flores Timur, oleh nara sumber Scholastika Conchita Conie mengatakan, Program 2H2 Center adalah pejuang nyawa kerabat ibu dan bayi. 2H2 Center berkerjsama  dengan 21 Puskemas yang tersebar di tiga wilayah, Adonara 8 Puskesmas, Solor 3 Puskemas dan 10 Puskemas di daratan Flores Timur.

Dalam menangani ibu hamil Flores Timur terlihat cukup besar angka kehamilan setiap tahunnya. Di  dalam setiap tahun ada 4. 000  ibu yang hamil.

 "Tahun 2021 ada 4023 ibu hamil yang melahirkan di Flores Timur. Data kehamilan ini  terupdate, by name by address," ungkap Conie sapaan akrab.

2H2 Center itu merupakan program yang sudah ada 11 tahun 4 bulan dan berhasil selamatkan ibu hamil tercatat ada 28.000 orang. Sebuah angka yang sangat signifikan dan fantastis.

Seperti apakah 2H2 Center. Program 2H2 Center adalah Gerakan moral yang dicetuskan untuk mengangkat harkat dan martabat seorang perempuan. 

Awal mulanya dengan keprihatinan, bagaimana cara membantu melayani ibu hamil dan yang mau bersalin secara lebih cepat, lalu terinspirasi pada budaya setempat. Karena di Flores Timur ada  budaya ketika dengar  orang mati maka semua orang hadir tanpa diundang, hanya dengar saja berita duka semua akan hadir.

"Merujuk pada situasi pengalaman duka seperti ini lahirlah 2H2 Center untuk digunakan didalam membantu para ibu hamil. Dengan pandangan akan lebih berharga bila ada ibu hamil dibuat Pengumuman Kehamilan (sistem notifikasi), ada ibu  bersalin dibuat berita gembira, Pengumuman Kelahiran,  makanya 2H2 Center hadir untuk mengangkat harkat dan martabat seorang perempuan," jelasnya penuh semangat.

Diteruskannya lagi sesuai pengalaman, bahwa ketika ada  Ibu yang hamil dan telah dimasukkan ke sistem by name by address lalu disampaikan kepada kepala desa, camat, tokoh agama serta semua jaringan yang ada di wilayah itu bahwa di desa bapak ibu,  ada ibu hamil. 

Demikian pula  ketika ada kelahiran. Dua hari menjelang kelahiran  dikirimkan informasi ke tokoh agama atau tokoh masyarakat bahwa ada ibu hamil siap melahirkan. 

"Kami sampaikan dengan lengkap identitas nama ibu hamil suami asal atau dengan alamat yang jelas. Dengan informasi ini membuat semua orang tahu dan peduli orang ini harus diselamatkan ibu dan anak ini harus diselamatkan," jelasnya.

Kebiasaan yang dilakukan seperti ini menurut Conie, membuat seorang ibu hamil setelah membesarkan anak selalu memberi mengisahkan kepada anaknya bahwa kelahirannya juga karena ada campur tangan semua pihak. 

"Hal ini bermaksud menanamkan nilai rasa kepedulian sosial anak,  bahwa dalam hidup bermasyarakat  kita ada orang lain yang telah melakukan kepedulian sehingga anak pun kemudian haru menjadi anak yang peduli, anak yang luar biasa,"tutup Conie.

Mama Boi sebuah metode pendekatan pelayanan  ibu hamil dan bayi berbasis kearifan lokal masyarakat Rote Ndao, oleh Jemry Haning pun memaparkan pada forum USAID MOMENTUM dan temu media.

Jemry menggambarkan argumentasi program Mama Boi dalam mengangkat harga diri perempuan. Dengan ilustrasikan topi Tiilangga sebagai simbol penghargaan terhadap perempuan sebagai ibu yang mengadung dan melahirkan anak. 

"Kalau  di Rote kita kenal topi Tiilangga. Nama topi dari dua suku Tii dan langga. Tii arti tante, yang berarti beperempuan. Jadi topi itu menunjukkan tentang perempuan ditempat pada posisi yang teratas yang sangat berharga karena dari perempuanlah anak dilahirkan," ungkapnya berapi-api.

Mama Boi hadir untuk melayani dan berusaha membantu para ibu pada masa hamil  dan saat melahirkan. Mama Boi menghidupkan kembali kebiasaan masyarakat Rote dalam hal kepedulian ketika ibu hamil harus ada pendampingan ketat dan intensif oleh suami atau keluarga dan masyarakat sekitar, diberi asupan makan sehat dan memberikan perawatan terukur.

Ketika ibu hamil mau bersalin kominikasi sistem informasi pun dilakukan. Bahkan kini Mama Boi mulai dengan sistem WA untuk menyampaikan kepada seluruh pihak terkait akan keadaan para ibu hamil, yang siap bersalin dan telah bersalin serta pengawasan atau perhatian pasca melahirkan. 

Menurut Jemry Haning, Mama Boi juga kini memiliki sistem pendataan terhadap ibu hamil dan yang melahirkan.

"Kita pun telah mengembangkan sistem pendataan ibu hamil by name by address dalam rangka koordinasi dan pemberian informasi untuk penangan secara cepat dan tepat sehingga bisa mengurangi resiko kematian ibu hamil dan bayi baru lahir," ucap Jemry.

Nara sumber dari Pokja dr. Stefanus Bria Seran sependapat dengan pernyataan KadisKesehatan NTT, dr.Meserasi Autapa itu dalam hal data angka kematian ibu hamil  dan bayi.

Dokter Stef menyoroti angka kematian   antara ibu hamil dan  bayi lebih memungkinkan untuk diturunkan adalah ibu hamil ketimbang bayi. 

"Angka kematian bisa diyurunkan itu adalah ibu hamil daripafa bayi. Bayi yetap beresiko tinggi. Bayi yang baru lahir dan seharusnya pada masa neonatal butuh perawatan khusus dan ketat di rumah sakit selama 28 hari, tetapi kenyataannya ibu yang melahirkan kembali ke rumah bayi pun di bawah pulang. Ini juga sebagai sebuah persoalan yang belum bisa terjawab bagaimana mengatasi dengan metode yang tepat.  Bayi itu masih butuh perawatan, kehidupannya masih sangat rentan," ungkap dr. Stef.

Karena itu menurutnya ada jurus jitu mengatasi angka kematian bayi dan stunting, antara lain;  Pertama, data harus valid dan tertib. Data ibu hamil, ibu melahirkan, bayi dan anak di bawah lima tahun. 

Kedua, Ibu hamil harus kita urus. Ibu hamil itu ada dua, yang diinginkan dan tidak diinginkan. Prinsipnya ibu hamil harus diurus. Persoalanya ibu hamil melahirkan  ini yang juga harus perhatikan. Karena ibu hamil melahirkan harus merawat diri untuk bayinya dan juga urus bayinya. Ini yang harus diperhatikan. 

Ketiga, bayi. Selama 6 bulan harus dikasih hanya Air Susu Ibu (ASI) saja. Asi itu setiap tersedia,  suhu tersedia dan tidak pernah basih. Setelah enam bulan selain Asi harus diberi makan tambahan. Keempat, anak. Anak yang kondisinya di bawah 2 tahun stunting segera ditangani, karena secarah kesehatan masih bisa berubah dan berkembang.

Kelima Posyandu. Sebagi tempat untuk pelayan kesehatan bayi. Keenam, evaluasi untuk melihat perkembagan anak. Ketujuh, tenaga kesehata berkompensi, berkualitas dan kuantitatif tersebar untuk memberikan pelayanan kesehatan.*(go)

Iklan

Iklan