Kalau Kerajaan Allah Bukan dari Dunia ini. Dimana kerajaan Kita?


                  RD. Lauren B. Ladja

LITURGI MINGGU XXXIV

Bacaan: 

Dan, 7:13-14

Why, 1:5-8

Yoh, 18:33-37 

Berbicara tentang kerajaan, tentu kita akan berpikir, ada raja, wilayah kerajaan, istana dan rakyat yang dipimpin oleh raja. Hari ini Gereja Katolik, kita semua merayakan Hari raya Kristus Raja Semesta 

Alam. Sebuah perayaan di akhir tahun liturgi tahun B 2021. Dalam dialog dengan Yesus, Pilatus justru mempertanyakan apakah Yesus sebagai raja? 

Pertanyaan ini berangkat dari ketidaktahuan Pilatus akan siapa itu Yesus. Karena memang Pilatus bukan orang Yahudi. Sehingga jelas ia tidak tahu, dan mengenal siapa itu Yesus. Jadi jelas pertanyaan yang dilontarkan oleh Pilatus itu bukan dari hati. Tapikarena ia dengar, dan karena orang-orang Yahudi sendiri yang mengirim Yesus ke hadapan Pilatus. Karena itu, pertanyaan susulan yang dilontarkan yakni: Apa yang kaulakukan? Dalam bayangan 

Pilatus mungkin Yesus sudah melakukan suatu perbuatan yang menyebabkan Dia harus dihadapkankepada Pilatus. Jawaban Yesus tidak main-main: Kerajaanku bukan dari dunia ini. Ini menunjukkan asal legalitas kerajaanNya yakni yang dari atas, dari surga, dari 

Bapa. Kita tentu ingat peristiwa pembabtisan di sungai Yordan, dimana Bapa dan Roh Kudusmemeteraikan Yesus sebagai Putera Bapa yang terkasih. Kalau kerajaanNya bukan dari dunia mengapa Yesus mesti ada di dunia ini? Dan untukapa kita hidup di dunia ini? Kemana arah hidup kita? 

Yesus ada di dunia untuk tujuan luhur dan mulia yakni keselamatan: membawa semua orang yang mau mendengarkan dan percaya kepadaNya kepada keselamatan dan kemuliaan kekal di surga. 

Bagaimana caranya Yesus membawa semua kita kepada keselamatan dan kemuliaan kekal? Yesus membawa semua kita bukan dengan cara menjadi seorang raja dunia yang memiliki kuasa dan kekuatan politik, yang diagungkan dan dimuliakan, dihormati dan diberi perlakukan khusus. Akan tetapi 

Yesus justru menjadi raja dalam cinta, dalam pelayanan dan dalam korban; raja yang merunduk dan membasuh kaki para murid satu persatu dalam diam dan mau berkorban dan wafat di kayu salib untuk membasuh dosa-dosa kita dengan daraNya dan mengenyangkan jiwa kita dengan tubuhNya yang kita sambut setiap kali kita merayakan ekaristi. 

Dia adalah raja gembala yang berangkat mencari domba yang hilang dan tidak beristirahat sampai dia bertemu dengannya dan membawanya pulang. Dia adalah raja Samaria yang membantu umat manusia yang terluka dengan belas kasihan dengan anggur cinta dan minyak pengampunan. Adalah seorang raja yang memilih untuk mengenakan mantol dan bukan jubah kerajaan. Dia adalah raja dengan mahkota duri dan salib adalah tahtaNya. Dia adalah seorang raja yang mati untuk memberi kehidupan, yang membiarkan dirinya diperas di atas salib untuk mengisi guci kita dengan anggur cinta yang baru. Dia adalah seorang raja yang menjelajah ke ke dalam tubir kematian untuk membuka pintu kehidupan bagi kita semua. Dia adalah Raja kebenaran, yang mewartakan kebenaran, melakukan kebenaran, yang menghendaki supaya kita melakukan kebenaran. 

Kita acapkali tergoda untuk membenarkan diri, menjadi raja-raja kecil dalam keluarga, komunitas, dalam hidup kita setiap hari di tengah masyarakat. 

Kita cenderung mengharapkan penghormatan dan minta supaya dilayani daripada melayani. Kita cenderung tergoda untuk membenarkan diri dan mengorbankan orang lain daripada memperjuangkan kebenaran, mengatakan kebenaran dan melakukan kebanaran. 

Yesus kristus adalah kebenaran sejati yang harus kita percaya, yang menuntun kita kepada kebenaran kekal yakni kemuliaan hidup yang kekal. Dia adalah kebenaran yang memerdekakan kita dari belenggu dosa, serta menghimpun kita dalam satu kerajaan abadi di surga. Hidup kita di dunia ini bukanlah kerajaan dengan rajanya adalah diri kita. Akan tetapi Kristuslah yang harus menjadi Raja di dalam hidup kita, yang akan menuntun kita kepada kerajaan yang tidak akan binasa. Di dalam kita dipanggil untuk menyembah dan memuliakan Dia dan bukan untuk kemuliaan dan kehormatan diri kita sendiri.

 Beberapa poin penting yang dapat kita petik hari ini adalah:

1. Kekuatan sejati, yang mengubah dunia, adalah kemampuan untuk mencintai seperti ini, cinta yang dilucuti, secara ekstrem hingga akhir.

2. Yesus adalah kebenaran sejati yang menghendaki supaya kita tidak hanya mengatakan kebenaran, akan tetapi berani berkorban karena kebenaran. 

3. Membenarkan diri adalah tindakan yang tidak terpuji dan menutup jalan bagi kita untuk menemukan kebanaran sejati. 

4. Kebesaran seorang Raja bukanlah terletak pada jabatan, posisi, atau pangkat, kedudukan, melainkan pelayanan dan pemberian diri untuk kesejahteraan bersama. 

5. Membangun kerajaan Kristus di dunia adalah cara terbaik untuk menjadikan Kristus sebagai Alfa dan Omega dalam peziarahan hidup kita. Dengan demikian membangun kerajaan kita adalah cara termudah menuju kebinasaan yang kekal. 

6. Mari kita jadikan keluarga kita, istana cinta, kerajaan Tuhan yang selalu dihiasi dan keharmonisan, senyum yang indah, kata-kata yang menghibur dan meneguhkan; ada pengampunan tanpa syarat. Adalah dosa besar jika kita jadikan keluarga cuma sandiwara, dalam drama cinta yang palsu, kehendak bebas yang dibelenggu, dan dengan dukungan separuh jiwa dari keluarga, sehingga tidak heran kalau keluarga kita, rumah tangga dan kerajaan cinta sakramental kita gampang sekali runtuh dan hancur. 

7. Semoga dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam hari ini, kita semua, umat, imam, kepala keluarga, kepala desa, camat maupun kepala pemerintahan lainnya, berani menjadi raja dengan mahkota duri dan tahta salib untuk kesejahteraan dan keselamatan umat, rakyat, isteri, anak-anak kita dan keluarga serta masyarakat kita.

8. Jika awal kita mulai di dalam Tuhan, maka sudah pasti akhir selalu membahagiakan di dalam Tuhan. Akan tetapi apabila awal telah kita mulai dalam kesombongan, keangkuhan dan kebohongan diri, maka so pasti kita akan mengakhirinya dalam kebinasaan. Semoga Kristus menjadi Raja atas hidup kita. Amin!

Iklan

Iklan