Kupang, mutiara-timur.com - YUMARIS Hedmina, anggota Kelompok Tani Benbantuan Fatubena, menceritakan pengalaman mereka dalam mengelola tanaman hortikultura di lahan Nefo, lokasi penanaman terung dan tomat yang memanfaatkan sumur bor bantuan Pemerintah Provinsi NTT.
Dari Yayasan Cirma, kelompok menerima bantuan bibit hortikultura berupa satu bungkus terung dan satu bungkus tomat pada Juli 2025. Bibit tersebut disemai terlebih dahulu, kemudian anakan dibagikan ke seluruh anggota kelompok. Hasilnya beragam. Sebagian berhasil panen, sebagian gagal.
“Anakan yang kami peroleh ada yang berhasil sampai buah dan dijual, tapi ada juga yang gagal,” ujarnya.
Kegagalan itu dipengaruhi minimnya pengetahuan teknis dan serangan hama. “Gagal karena pemupukan kow bagaimana kurang tau, dan juga saat musim hujan sekarang ada lalat buah warna hitam, semua buah jatuh dan rusak,” jelasnya.
Meski begitu, ia tetap merasakan manfaat dari tanam tersebut. “Terung itu Beta punya, yang Beta petik pertama setengah karung, kedua baru satu karung. Tomat dua ember,” kisahnya. Dari hasil itu, pendapatannya sekitar Rp110.000. “Tomat dua ember saya dapat Rp40.000, terung Rp70.000,” tambahnya polos.
Walaupun terdapat sumur bor, proses penyiraman masih dilakukan sepenuhnya secara manual dengan memikul air menggunakan ember. Kondisi ini cukup memberatkan, terutama bagi anggota yang sudah berusia lanjut.
“Selama ini air kami pikul untuk siram, ambil dari sumur bor. Kalau boleh kami bisa mendapat selang atau fasilitas lain seperti alat semprot,” tuturnya berharap ada bantuan yang dapat meringankan pekerjaan mereka.*go
