Kupang, MT || Dalam momen syukuran, seorang ayah bernama Yosep Klemens da Lopez merayakan pelantikan putranya, Brigda Eginius Paceli da Lopez, sebagai anggota polisi. Syukur ini menjadi pengingat bahwa menjadi polisi bukan sekadar menjalani profesi, tetapi sebuah panggilan. Demikian Pengkhotbah RD.Kanis Pen pada Misa Syukuran Pelantikan Kamis,(26/12/24).
"Syukur ini menjadi pengingat bahwa menjadi polisi bukan sekadar menjalani profesi, tetapi sebuah panggilan. Menjalani tugas sebagai panggilan berarti bekerja dengan ketulusan, takut akan Tuhan, dan berorientasi pada nilai-nilai kebenaran, bukan sekadar mengejar materi atau jabatan," ungkap Romo.
Pernyataan ini senada dengan refleksi iman pada pesta Santo Stefanus, martir pertama dalam Gereja Katolik. Dikatakannya Stefanus menunjukkan bagaimana beriman kepada Kristus bukanlah hal mudah.
"Mengikuti Kristus berarti siap menghadapi tantangan, bahkan hingga pengorbanan terbesar. Hal ini relevan dengan tantangan zaman modern, di mana individualisme dan materialisme sering kali mengaburkan makna sejati dari panggilan hidup," tuturnya.
Seperti para malaikat yang mengumumkan kelahiran Yesus, mereka meninggalkan tugas duniawi demi menjalankan perintah Tuhan.
"Begitu pula dengan polisi atau siapa pun yang menghayati pekerjaan mereka sebagai panggilan. Mereka harus menempatkan nilai-nilai luhur di atas segalanya.
Namun, realita sering kali fakta berbicara lain," ujarnya.
RD.Kanis Pen imam senior Keuskupan Agung Kupang memaparkan berbagai kasus di media menunjukkan bahwa polisi yang menganggap profesi mereka hanya sebagai pekerjaan cenderung terlibat dalam penyalahgunaan wewenang, seperti korupsi, kekerasan, hingga penyelewengan hukum.
"Ini menjadi peringatan penting bahwa tanpa penghayatan mendalam terhadap nilai-nilai spiritual, profesi apa pun rentan melenceng dari jalur yang benar.Tantangan zaman modern, seperti individualisme, materialisme, dan egoisme, memengaruhi semua aspek kehidupan, termasuk tugas seorang polisi,"tegas Romo.
Ketika profesionalisme kehilangan sentuhan spiritual, lanjut Romo Kanis, maka kualitas manusia berkurang. Oleh sebab itu, mentalitas yang baik harus menjadi fondasi utama, bahkan lebih penting dari kecerdasan semata.
Sebagai penutup ujar Romo Kanis, "kita diingatkan untuk mengutamakan Tuhan sebagai tuntunan hidup. Seperti para gembala yang berlari menuju kandang Yesus, mereka meninggalkan kepentingan duniawi demi sesuatu yang lebih besar. "
Refleksi ini tidak hanya relevan bagi polisi, tetapi juga bagi semua umat manusia, untuk terus menjadikan hidup sebagai panggilan yang berarti, bukan sekadar rutinitas duniawi. *(go)