FPK NTT Syukuran di FRP untuk Perkuat Persaudaraan, Program dan Promosi Destinasi Wisata Kebangsaan

Kupang, mutiara-timur.com // FORUM Pembauran Kebangsaan Provinsi Nusa Tenggara Timur ( FPK NTT) hari Minggu (3/10/22) bertempat di Monumen Flobamora Rumah Pancasila (FRP), Kecamatan Kupang Barat, Desa Nitneo, Kabupaten Kupang mengadakan syukuran atas terlaksananya perayaan apel etnis Nusantara peringatan HUT RI ke-77 tanggal 17 Agustus 2022 lalu.

Acara syukuran yang dikemas dalam suasana santai, riIeks dengan nuansa seperti rekreasi namun sangat berkesan ini digelar oleh FPK NTT bersama Badan Intelejen Strategis (BAIS) TNI NTT, Kesbangpol NTT dan Masyarakat Etnis Nusantara.

Berdasarkan pantauan dan hasil investigasi media kepada para pengurus FPK, Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris terdapat tujuan dan sasaran yang  diharapkan dari syukuran tersebut.

Pertama, Perkuat Erat  Tali Persaudaraan dan Program FPK NTT

 Theo Widodo, Ketua FPK NTT mengatakan, acara  dilaksanakan hari ini merupakan syukuran antara Forum Pembauran Kebangsaan NTT, Badan Kesbangpol NTT, BAIS TNI  bersama etnis-etnisNusantara yang ada di NTT. Syukuran atas suksesnya perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-77, tanggal 17 Agustus 2022 yang berlangsung di halaman depan Kantor Dinas Kementerian PUPR Provinsi Nusa Tenggara Timur.

"Syukuran ini bermaksud meningkat eratkan tali persaudaraan, silaturahmi antara berbagai etnis yang ada di Kota Kupang, NTT. Di samping itu juga kami mau memantapkan komitmen melaksanakan program-program FPK NTT di masa yang akan datang," ungkap Theo Widodo.

Sambil merujuk kesuksesan peryaan apel HUT RI ke-77 sebagai modal semangat untuk terus melakukannya pada tahun-tahu akan datang, Theo Widodo Ketua FPK NTT itu menegaskan, "Kegiatan program seperti perayaan ulang tahun kemerdekaan RI itu akan menjadi tradisi bagi Kepengurusan yang akan datang," tukas  Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) NTT ini.

Theo Widodo berikhtiar pada HUT RI tahun depan dan tahu-tahun berikutnya kepanitiaan tidak hanya sebatas FPK NTT, Kesbanpol NTT dan BAIS TNI, tapi juga dengan etnis paguyuban semua.

"Peringatan HUT RI di tahun depan kepanitiannya kami akan melibatkan semua etnis Nusantara yang ada di NTT. Keterlibatan mereka tidak hanya pada hari puncak acara, tetapi sejak awal mulai dari persiapan kita sudah terlibat bersama-sama di kepanitiaan. Kita akan membuat acara lebih meriah di tempat lebih luas," ujar beliau penuh semangat.

Ketua, FPK NTT juga menyampaikan  bahwa pada hari ulang tahun Provinsi NTT juga dilakukan kegiatan melaui Forum Pembauran Kebangsaan NTT.

Senada dengan giat HUT NTT tahun ini, Sekretaris FPK NTT,  Theodorus da Cunha  menyampaikan, "untuk ulang tahun NTT di Desember nanti kita mengadakan beberapa kegiatan yang sifatnya membangkitkan nasionalisme dan cinta budaya lokal.

Kegiatan itu, seperti seminar kebangsaan yang menghadirkan kaum milenial, kelompok cipayung, Organisasi mahasiswa (Ormawa) Osis tingkat SLTP dan SLTA."

Menurut Sekretaris FPK NTT, bahwa disampang seminar ada pula pagelaran busana lintas etnis yang ada di Kota Kupang, pemutaran slide narasi sejarah pembentukan Propinsi NTT.


Kedua, Promosi Destinasi Wisata Kebangsaan

Syukuran FPK NTT di monumen Flobamora Rumah Pancasila dalam upaya menarik perhatian, membuka mata para pihak untuk mengetahui dan tertarik pada monumen yang akan menyimpan sejuta rasa cinta pada Pancasila sebagai ideologi negara.

Pilihan syukuran di tempat ini oleh FKP dijelaskan Theo Widodo,  pada mulanya hanya mau mengingatkan bahwa Monumen Flobamora rumah Pancasila lokasi ini merupakan persembahan dari FKP NTT, namun pembangunan ini belum selesai. 

"Melalui syukuran  ini kami hanya mau mengingatkan agar adanya perhatian pemerintah terhadap pembangunan Monumen tersebut. Sebab tempat ini akan menjadi sebuah tempat pertumbuhan ekonomi baru bagi warga sekitarnya, sehingga ada pemerataan, agar selama ini kalau dilihat kemajuan pembangunannya hanya lebih banyak ke arah timur dari pada wilayah barat. Jadi ketika dibangun dan ditata secara profesional, ini akan menjadi sebuah destinasi spesifik yaitu destinasi wisata kebangsaan atau ideologis dan barangkali destinasi ini satu-satunya yang ada di Indonesia."

Destinasi wisata kebangsaan atau ideologis itu disampaikan oleh Ketua FPK, fokus pada Pancasila dimana dalam perut monumen ini akan ada bioskop untuk teater, Biorama, perpustakaan dan lain-lain. Ada taman ditata dengan memberi kesan lebih banyak berbicara tentang Pancasila. Kalau sudah jadi orang akan banyak datang ke sini bisa mengetahui bisa belajar membaca karena di sini banyak buku kepustakaan koleksi tentang Pancasila.

Ketua FPK NTT pun mengomentari soal pilihan pembangunan monumen Pancasila di NTT,  karena Pancasila dikandung dan dilahirkan di kota Ende. Ende adalah bagian dari provinsi NTT  kota Kupang adalah ibukota provinsi NTT. 

"Sebagai ibukota provinsi, maka Kota Kupang secara fasilitas akan jauh lebih baik daripada kota Kabupaten Ende. Kota Kupang sebagai ibukota provinsi tentu orang mau datang ke daerah-daerah di NTT akan singgah lebih dahulu di sini, karena secara fasilitas memadai, dan transportasi dan komunikasi pun  mudah. Sebelum ke daerah-daerah tujuan mereka akan mengunjungi ke tempat wisata baru di Kota Kupang,  Monumen Ideologi, Monumen Kebangsaan, yaitu, Flobamora Rumah Pancasila," ulasnya.

Di Monumen ini jelas Ketua, selain orang mengunjungi ruang-ruang bagian bawah, mereka  dapat sampai ke bagian lebih tinggi, di atas mata Garuda. Di mata Garuda, orang akan melihat seluruh kawasan Kota Kupang, bagian sebelah Utara,  Selatan Timur, Barat. Di mata Garuda, ini  bisa diartikan sebagai sebuah simbol yang menunjukkan, Garuda mampu mengawasi, melihat,  memantau ke seluruh pelosok Indonesia termasuk juga ke seluruh dunia. 

"Oleh karena itu kami ingin memberi pesan kepada seluruh dunia bahwa Pancasila lahir di bumi Flobamora sehingga tidak bisa ditawar-tawar dan diklaim di tempat lain. Karena memang ada yang klaim bahwa Pancasila itu rahimnya di Ende tetapi lahir di tempat lain. Kalau pandangan seperti itu berarti Pancasila lahir di luar kandungan koq kandungannya ada di Ende, tapi lahir di tempat lain. Klaim seperti ini tidak masuk akal kena rahimnya di Ende maka jelas lahirnya juga di Ende di bumi Flobamora Provinsi Nusa Tenggara Timur. Itu sejarah yang tidak bisa dipungkiri,"ujarnya berargumentasi.

Ketua FPK NTT juga mengkisahan historiskan Bung Karno ketika diasingkan pada tahun 1934 sampai 1938 di Ende. Dari pergaulan Bung Karno dengan para misionaris dan masyarakat di Ende yang sangat plural, Bung Karno melihat ini sebagai sebuah model dari dasar hidup berbangsa yang benar. 

"Maka dalam perenungan beliau setiap sore di bawah pohon sukun dan memandang ke laut Flores merenung terus-menerus dan akhirnya melahirkan prinsip-prinsip dasar hidup kebangsaan sampai hari ini menjadikan Indonesia tetap utuh sebagai sebuah bangsa," kisahnya.

Terlepas dari pandangan dan komentar Ketua, Mundus Lema Wakil Ketua FPK NTT memberikan pandangannya yang sejalan. Beliau mengungkapkan, "intinya Monumen Flobamorata  Rumah Pancasila ini dibangun di sini untuk menjadi sebuah daerah destinasi wisata ideologis. Jadi kita bicara tentang ideologi Pancasila itu hanya ada di sao ria Pancasila, iya itu di Kota Kupang. Kalau Ende itu tempat sejarah lahirnya, tapi Kupang ini perlu ada sesuatu yang monumental untuk bangsa ini, bahwa di sinilah pusat peradaban nasional yang disebut dengan Pancasila. Pancasila yang pada intinya juga mengandung nilai-nilai  gotong royong."

Wakil Ketua FPK NTT ini juga menyampaikan asal muasal adanya monumen FRP ini. Dikatakanya pada tahun 2019 sebelum dibangun, "kami di forum pembaharuan kebangsaan NTT termasuk waktu itu Pak Pius Rengka selaku Ketua dan Pak Dr. Acry Deodatus membahas perlu adanya monumen ini. Kepentingan kita sebenarnya adalah lebih menaruh perhatian pada kepentingan milenial dan masa depan daerah ini."

Mundus berpendapat lebih lanjut, "di masa depan kawasan ini akan bercerita tentang bagaimana Nusa Tenggara Timur yang orang bilang indah toleransi, itu terbukti dari keberadaan kita  tidak sekedar di forum pembaharuan, tetapi persaudaraan yang sejati tumbuh di masyarakat kita yang ingin kita abadikan di Monumen Flobamora Rumah Pancasila. Kemanapun orang pergi orang tahu pusat peradaban bangsa, yaitu Pancasila  porosnya terdapat di Nusa Flobamora, sehingga tulisan di Monumen ini flobamora rumah Pancasila."

Namun kata mantan anggota parlemen NTT di Orde Baru ini dalam rasa haru, "dengan melihat kondisi bangunan sekarang rasanya sangat sedih, saya trenyuh karena monumen ciri khas simbol NKRI ini kurang mendapat perhatian untuk pembangunan lebih baik." 

Monumen ini lanjut Mundus Lema, butuh sentuhan lebih lanjut, ditata secara bagus rapih dan menjadi aset kebanggaan bagi daerah ini. Bangun ini terlihat terbengkalai, kita berharap  kalau ada dukungan pemerintah, maka di sini akan lengkap dan menjadi kawasan yang indah. Di dalam monumennya dilengkapi dengan sumber kepustakaan lengkap, serta di sekitarnya ada lokasi dibangun gedung pramuka. Jika adanya pramuka tentu monumen ini akan hidup karena pramuka selalu aktif dengan kegiatanya.

"Sekarang kita lagi berencana dan berupaya agar Monumen ini akan mendapat perhatian kalau memang pemerintahan provinsi belum bisa paling tidak pemerintah pusat bisa memberi perhatian dengan mengalokasikan anggaran supaya pembangunan Monumen flobamora rumah Pancasila ini bisa berlanjut Dan ditata menjadi kawasan yang produktif demi membantu masyarakat di NTT dan juga menjadi indikator bagi bangsa Indonesia ketika ada yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang   Pancasila," kisahnya penuh harapan.

Selanjutnya Theodorus da Cunha, sekretaris berkomentar,  bahwa monumen Flobamora Rumah Pancasila ini adalah simbol peradaban bangsa. 

"Bebicara Pancasila semu orang tahu Pancasila itu lahir di NTT, tapi dalam hal simbolnya itu yang kita butuh. Maka ketua FPK NTT telah bersedia menyumbangkan ke negara untuk bangun monumen Pancasila sebagai Simbol Peradaban Bangsa. Namun kelihatan monumen ini terbengkalai, karena itu dibutuhkan political will agar persoalan ini bisa diperhatikan  untuk direnovasi. Kalau tidak sangat di sayangkan, karena kita tidak peduli untuk melanjutkan pembanghunan monumen tersebut,"ungkap beliau singkat.

Sementara itu, Kepala Badan Kesbangpol NTT, Yohanes Oktovianus dalam  komentarnya tentang syukuran FPK NTT tersebut, "dalam kondisi ini kira-kira ada latar belakang yang pertama saya perlu memberikan apresiasi kepada Kepengurusan FPK NTT di tahun 2022.  Kepengurusan kali ini telah membuat FPK itu aktif, hidup dan bergerak, seperti kita lihat kemarin baru melaksanakan upacara HUT RI, dan itu baru pertama kali terjadi di NTT dan kita tidak tahu di tempat lain apakah seperti di NTT, " Ungkap Kaban Kesbangpol NTT.

Terkait dengan Monumen FRP, Yohanes Oktovianus megatakan,  " kita memang berharap agar masalah bangunan Monumen rumah Pancasila diperbaiki. Sebab ini sebagai dapat dijadikan sarana  tempat pariwisata di Kota Kupang yang mencerminkan rasa kebangsaan kita. Karena itu kita juga sudah pernah sampaikan ke Gubernur.  Gubernur pun mempunyai perhatian terhadap hal ini dan sudah mengajukan permohonan  ke Pusat untuk perbaikan.*(go)

Iklan

Iklan