Pergilah: Bermisi Secara Holistik (Refleksi Kenaikan Tuhan) Bacaan Injil: Mat. 28:16-20


Oleh: Germanus S. Attawuwur


KUPANG,MT.NET- DETIK-detik terakhir terangka-Nya Yesus ke Surga, dilukiskan oleh Penginjil Lukas dalam Kisah Para rasul 
sebagai berikut:” Yesus membawa murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun. Di sana murid-murid mau agar Yesus 
memulihkan Kerajaan Israel. Mereka ingin Yesus jadi Raja Israel. Terhadap permintaan itu Yesus berkata: ”Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.” Malah kemudian Yesus mengingatkan para murid-Nya untuk siap menjadi rasul, kata-Nya:” Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8). Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh para murid-Nya, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka (Kis. 1:9). 

2020 tahun silam, terangkat-Nya Yesus ke Surga disaksikan oleh kesebelas murid Yesus dalam kesunyian ruangan di Bukit Zaitun. Kisah silam itu nyaris tiada bedanya dengan situasi yang kita alami sekarang. Corona Virus seolah masih memaksa kita untuk tetap beribadat dari rumah, untuk mengenangkan perayaan mulia 
ini. Kita merayakan dari rumah tanpa lagu-lagu meriah. Kita merayakannya dalam keheningan. Kita muliakan dalam kesendirian. Kita agungkan tanpa kehadiran umat yang lain. Di dalam kesunyian itu kita saksikan 
dahsyat-Nya perbuatan Tangan Tuhan memuliakan Putra Tunggal-Nya dalam peristiwa suci ini. 

Sebelum naik ke Surga, Yesus menggembleng sendiri kesebelas murid-Nya. Yesus menempah mereka secara serius selama 40 hari sesudah Ia bangkit. Ia mempersiapkan perutusan mereka melalui pengajaran dan juga teladan hidup-Nya. Karena itu, dalam Injil tadi Yesus dengan penuh kepastian mengutus mereka, kata-Nya: ”Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh 
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu (Mat.28:19b-20).” Yesus kemudian mengingatkan mereka, bahwa dalam perutusan itu, mereka tidak sendirian. Mereka akan selalu disertai oleh Yesus dalam Roh Kudus, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat.28: 20b).”

Dari Bukit Zaitun, Yesus mengutus murid-murid-Nya menjadi Rasul. Ke manakah mereka bersaksi? Kisah Para rasul dengan jelas menyebut nama tempat itu, di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8b). Tempat-tempat itu menjadi daerah misi pertama para rasul. Maka, tercatatlah baik 
dalam Kisah Para rasul dan beberapa Surat Paulus maupun dalam Tradisi Gereja bahwa murid-murid itu pergi mewartakan Injil ke ujung dunia. Petrus memimpin rasul lain untuk menjadi pemberita Kabar Baik di 
Yudea (Kis.3:11-26). Dia kemudian ke Samaria, setelah dengar bahwa orang Samaria sudah percaya kepada Injil, dia dan Yohanes pergi meneguhkan mereka. Selain itu, dia menjadi Rasul pertama yang diutus untuk memberitakan injil di luar bangsa-bangsa non Yahudi (Kis. 10:1-48). Ia kemudian berturut-turut pergi ke Lida,Yope, Antiokia dan terakhir ke Roma. Sementara itu Kisah Para Rasul 8:5-14, melukiskan bahwa Filipus
pergi ke kota Samaria dan memberitakan Injil di sana. Sedangkan Andreas saudara Petrus menurut buku Acts of Andrew, mewartakan Injil di Makedonia. Sedangkan Tomas menjadi perintis Pekabaran Injil di Kerajaan Partia. Dia Pertama kali membawa berita Injil ke di Malabar dan Tranvancore - India Selatan. Selain itu, Rasul Matius menjadi penginjil di Partia dan Etiopia. Bahkan kemudian dia dikenal sebagai Penulis Injil
Mateus. Sementara itu Yohanes Anak Zebedeus melayani injil dan memimpin jemaat sampai masa tua dan meninggal di Efesus setelah dia menjalani pembuangan di pulau Patmos. Dalam waktu bersamaan, Rasul Filipus melakukan pelayanan pemberitaan Injil di Asia Kecil, sekarang wilayah Turki. Sedangkan Natanael yang 
juga disebut Bartolomeus melayani di Mesopotamia, Likoania, dan Armenia. Ia menjadi misionaris di beberapa negara di Asia, antara lain ia memberikan kesaksian di Turki. Lalu, Yakobus Anak Alfeus menginjil sampai di Spanyol, Inggris dan Irlandia dan kemudian kembali ke Yerusalem. Akhir pelayanannya di Persia. 
Demikian pun Thadeus, melakukan pelayanan pekabaran Injil di Syria, tepatnya di Edesa, di kemudaian hari, setelah kejatuhan Yerusalem, Edesa menjadi pusat Kekristenan dan Perkembangan Gereja Mula-mula. Ia juga pernah ke Persia. Begitu pula Simon Orang Zelot menjadi penginjil di Mesir - Afrika, kemudian di Inggris, lalu kembali ke Mesir. Setelah penginjilan di Mesir, Simon Orang Zelot bergabung dengan Tadeus di Syria dan Persia.Demikianlah daerah-daerah yang menjadi tujuan dan pusat pekabaran injil yang dilakukan oleh para rasul sesuai mandat yang diterima dari Yesus saat hendak naik ke surga. 

Para Rasul itu akhirnya pergi ke ujung dunia, sesuai mandat yang diberikan Yesus. Dalam konteks kita sekarang, apakah terminologi “ujung dunia” harus selalu dimengerti sebagai sebuah tempat yang nun jauh di sana? Apakah itu kemudian menjadi semacam “pembatasan” sebuah tempat dan ruang bagi sebuah karya pewartaan? Di zaman post modern ini, kita musti segera keluar dari paradigma ujung dunia sebagai sebuah locus. Jarak, tempat dan waktu bukan lagi jadi ukuran bagi sebuah karya perutusan. Maka supaya mandat 
pengutusan itu masih tetap relevan untuk kita pengikut Kristus di zaman ini, paradigma lama harus diubah. Maka paradigma baru ujung dunia adalah bermisi secara kontekstual. Maka penerapan misinya musti 
holistik. Jika misinya adalah holistik maka tidak hanya cura animarum (penyelamatan jiwa), tetapi musti juga cura hominum (penyelamatan manusia) seutuhnya, lahir dan bathin; tak terkecuali misi penyelamatan bumi.

Kalau demikian maka misi kita selain mendoakan sama saudara kita yang sedang diobati karena terserang corona virus, kita bermisi untuk meneguhkan sama saudara yang sedang gelisah karena kehilangan pekerjaan akibat PHK. Misi lain yang tak kalah mendesak adalah bermisi secara ekologis. Mengobati, dan 
menyembuhkan saudara kita bumi yang sedang terluka parah oleh karena polusi udara. Kita menjahit kembali rahim ibu kita bumi yang telah terkoyak dengan reboisasi lantaran ilegal logging yang menggila, kita merenda kembali bumi dari menggunungnya sampah-sampah plastik dengan membuang sampah pada tempatnya.

Pada gilirannya, kita pun harus kembali bermisi secara internal, bermisi ke dalam kalangan kita sendiri, untuk menjadikan pengikut Kristussemakin berkwalitas dalam iman dan amal, menjadi orang kristen yang ekologis. Akhirnya, kita bermisi untuk menghasilkan pengikut Kristus yang 100 % Katolik dan 100 % Indonesia. Oleh karena itu bermisilah sekarang ini, kini dan di sini!!***(GSA)

Iklan

Iklan