Soal Pangan Di Masa Pandemi Covid-19, Ada 3 Skenario Menteri Pertanian RI


KUPANG,MT.NET- PANGAN merupakan kebutuhan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Karena itu kekurangan pangan atau tanpa pangan keberlangsungan hidup masyarakat terancam. Gejala inilah yang juga menjadi titik perhatian pemerintah dalam situasi darurat pandemi virus corona, Covid-19 yang sedang melanda negera Indonesia.

Valery Guru, Kasubag Pers, Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT dalam siaran pers, Minggu malam (26/04) menginformasikan kiat Menteri Pertanian RI melalui keterangan Kepala Biro Humas dan Protokol, Jelamu A. Marius tentang skenario pemerintah mengatasi pangan untuk kebutuhan masyrakat.

Sebelum menguraikan soal skenario, Marius mengawali keterangan, bahwa ketersediaan atau stok pangan secara nasional tentu akan berdampak terhadap stok pangan di Provinsi NTT.

Menurut Marius, doktor Pertanian IPB itu, keterangan Menteri Pertanian terkait dengan kesiapan pangan kita terutama mulai bulan Februari sampai Mei dan lebih khusus dalam rangka kebutuhan masyarakat kita di seluruh Indonesia selama bulan puasa sampai Idul Fitri 1441 H. Ada 3 skenario dari Menteri Pertanian untuk masslah pangan. Ketiga skenario itu adalah:

Pertama, Skenario yang sangat optimis saat ini pemerintah telah menyiapkan 3,5 juta ton khusus beras dan sampai Februari ke bulan Mei; ketika kemudian berproduksi akan bertambah 12 juta ton sehingga semuanya berjumlah 15 juta ton beras untuk kebutuhan dari kurang lebih 267 juta penduduk Indonesia dan itu termasuk NTT. Stok beras yang ada 15 juta  secara nasional 15 juta ton kalau kebutuhan bulan Februari sampai Mei itu 7,6 juta ton maka masih tersisa 8 juta ton lebih. Jadi stok pangan kita khusus beras untuk kebutuhan nasional melalui satu skenario optimisme kurang lebih kita siapkan 8 juta ton beras dan itu termasuk NTT. Itu skenario yang paling optimis;

Kedua, Skenario yang moderat. Negara menyiapkan 3,5 juta ton dan kemudian kita menghitung apabila ada defisit produksi katakanlah 4 persen maka kurang lebih yang dihasilkan 11 juta ton lebih. Itu berarti kebutuhan kita naikan 7,9 juta ton maka kita masih memiliki 7 juta ton pangan khusus beras. Jadi berarti kebutuhan dari 267 juta penduduk Indonesia masih terpenuhi karena masih ada stok kurang lebih 7 juta ton;

Ketiga, Skenario yang paling pesimis. Stok yang ada 3,5 juta, lalu kemudian produksi 11 juta lebih. Setelah kita hitung secara matematis bagaimana defisit produksi lalu kebutuhannya 8,3 juta ton untuk 267 juta penduduk Indonesia itu termasuk penduduk NTT masih tersisa kurang lebih 6 juta ton pangan khusus beras; dari kebutuhan untuk beras untuk 267 juta penduduk Indonesia termasuk NTT tetap aman.
“Jadi singkatnya untuk kebutuhan pangan beras secara nasional aman dan tentu juga termasuk NTT. Ada 11 komoditas yang sangat kita butuhkan saat ini yakni : beras, jagung, bawang putih, cabai, telur ayam, gula pasir, minyak goreng, ayam buras, bawang merah, gula pasir. Tentu pemerintah juga berusaha untuk memenuhi semua kebutuhan masyarakat,” jelas Marius.

Dia menambahkan, “Ada 3 komoditas yang memang perlu diusahakan lebih keras karena bergantung pada import  seperti : bawang putih dan gula pasir. Karena memang stok dalam negeri kurang makanya kita harus mengimport termasuk juga daging sapi dan itu juga stok dalam negeri kurang.”

Nah persoalannya kata dia, ada sejumlah negara yang menjadi negara eksportir daging sapi ke berbagai negara termasuk di Indonesia terkena lockdown. “Sehingga nanti bisa jadi, daging sapi itu akan terlambat sampai di Indonesia termasuk NTT. Tentu untuk NTT kita tahu sebagai provinsi ternak yang juga memiliki kurang lebih 1 juta ekor sapi untuk kebutuhan masyarakat NTT bisa terpenuhi. Kita harapkan semua kebutuhan dasar masyarakat di seluruh Indonesia termasuk NTT tetap terkendali dan aman,” tandas Marius, datar.

Ulasan OTG dan ODP

Walaupun NTT kini telah kembali ke jalur hijau dengan sembuhnya pasien covid-19 nomor 1, El Samau putra Alor,  namun bukan berarti ancaman virus tersebut tidak ada lagi di NTT. Sebab itu pemerintah selalu dan tetap menghimbau masyarakat waspada dan mengikuti protokol kesehatan, jaga jarak, pakai masker, cuci tangan di air mengalir, jangan bersentuhan fisik, jaga kebersihan lingkungan dan dirumahsaja. Semuanya demi melenyapkan mata rantai sebaran covid-19. Pemerintah pun tetap menjalan tugas melalui Gugus Tugas Covid-19 memantau dan menginput perkembangan data Orang Tanpa Gejala (OTG) dan Orang Dalam Pemantauan (ODP).

Hingga malam ini data yang terkumpul dari 22 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se NTT menyebutkan jumlah OTG sebanyak 261 orang; OTG saat ini 230 orang dan OTG selesai dipanau 31 orang. Jumlah ODP, PDP dan Konfirmasi 1654 orang; ODP sebanyak 1600 orang; selesai pemantauan 997 orang; yang dirawat sebanyak 10 orang. Karantina mandiri 541 orang; karantina terpusat 51 orang; kondisi saat ini 602 orang. Jumlah PDP sebanyak 11 orang. Sampel yang dikirim sebanyak 75 sampel; 1 sampel sembuh; 51 hasil laboratorium negatif; dan belum ada hasil 23 sampel.*** (Mm/VG)

Iklan

Iklan