PERJALANAN KE EMAUS: PERJALANAN KEMBALI KE DALAM DIRI (Refleksi Minggu Paskah II, Luk. 24:13-35)

Oleh : Germanus S. Attawuwur

KUPANG,MT.NET- INJIL hari Minggu Ketiga Paskah berbicara tentang Perjalanan Dua Murid Yesus ke Emaus. Mereka berdua meninggalkan rumah dengan pintu-pintu tertutup di Yerusalem lalu berjalan pergi ke Emaus. Perjalanan itu berjarak 3 mil, atau sama dengan 11 Km. Tentu sebuah perjalanan kaki yang meletihkan. Karena itu mereka isi perjalanan dengan bercakap-cakapdan bertukar pikiran (Luk.24:15). Isi percakapan adalah fakta tentang kepergian perempuan-perempuan ke makam Yesus dan mendapatkan Jenasah Yesus tidak ada di sana. Mereka percakapkan fakta bahwa malaekat menampakah diri kepada murid-murid dan mengatakan bahwa Yesus telah Hidup. Mereka percakapkan fakta tentang keberangkatan murid-murid Yesus bersama perempuan-perempuan dan menemukan kubur telah kosong. Atas fakta-fakta yang mereka alami ini, mereka coba masuk membedahnya lebih jauh dan dalam. Karena itu mereka bertukar pikiran, mereka berdiskusi. Bahwa fakta-fakta ini menimbulkan sebuah keraguan yang sangat di antara mereka. Keraguan menerpa mereka, karena tidak ada seorang pun manusia yang sudah meninggal lalu hidup atau bangkit kembali. Maka muncul pertanyaan dalam keraguan-raguan mereka, benarkah Yesus itu Hidup kembali? Benarkah Kristus sudah bangkit?

Di tengah pikiran yang sedang bimbang, tiba-tiba Yesus mendekati mereka lalu berjalan
bersama-sama dengan mereka, tetapi ada sesuatu yang menghalangi mereka sehingga
mereka tidak dapat mengenal Dia (Luk.24:15-16). Mereka terlalu sibuk dengan diri mereka sendiri, terlampau tenggelam di dalam percakapan mereka sendiri, sampai mereka tidak kenal dan tidak sadar Yesus sedang berada di dekat mereka bahkan berjalan bersama-sama mereka. Maka Yesus ingin menyadarkan mereka tentang kehadiran-Nya sendiri dengan
berkata kepada mereka:” Apakah yang kamu percakapkan ketika kamu sedang berjalan (Luk. 24:17)?”

Ironisnya, perkataan Yesus yang bernada tanya itu malah dijawab Kleopas, seorang murid dibantara mereka:” Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini? (Luk. 24:18)” Jawaban Kleopas bahkan memposisikan Yesus sebagai Musafir Asing yang sedang menemani mereka dalam perjalanan itu. Maka dengan panduan pertanyaan Yesus,”Apakah itu?” kedua murid menceriterakan fakta-fakta tentang Yesus yang telah hidup kembali. Di akhir ceritera mereka, mereka malah dikecam Yesus:”Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi. Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk dalam Kemuliaan-Nya sebagaimana diwartakan para nabi. Lalu Ia menjelaskan kepada mereka segala sesuatu yang tertulis di dalam Kitab Suci, mulai dari Kitab Musa sampai kita segala kitab para nabi (Luk. 24:25-28).” Perjalanan mereka sampai di ujung kampung Emaus. DIA seolah-olah hendak meninggalkan mereka. Tetapi murid-murid itu mendesak-Nya, katanya:” “Tinggallah Bersama-sama dengan Kami, Sebab Hari telah Menjelang Malam. Matahari hampir terbenam.”

Setelah Ia masuk dan tinggal bersama mereka, waktu duduk makan bersama mereka, Ia
mengambil Roti, mengucap berkat, lalu memecah mecahkan-Nya dan memberikan-Nya kepada mereka. Ketika itu baru terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi IA lenyap dari tengah-tengah mereka. Kedua murid itu pun kembali ke Yerusalem. Di sana mereka mendapatkan kesebelas murid sedang berkumpul bersama-sama. Di hadapan para murid itu, kedua murid itu bersaksi:” Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakan diri-Nya kepada Simon (Luk.
24:33-34).”

Sampai di sini kita lantas bertanya, dari dua murid Yesus tadi, hanya satu saja disebutkan
namanya, yaitu Kleopas. Sedangkan murid yang lain tidak disebutkan namanya, alias –anonim -. Apa maksudnya?
Penginjil Lukas, dengan sadar, tidak mencantumkan nama murid itu, supaya siapa pun dia
yang membaca atau mendengar kutiban teks ini, sebenarnya dia juga (mereka juga / kita
juga) sedang bersama-sama dengan Yesus dalam percakapan di sepanjang jalan menuju Emaus hidup dan kehidupan kita. Bahwa fakta kebangkitan bagi manusia siapa pun, tak terkecuali pengikut Kristus, tentu bukan sebuah “perkara” gampang, untuk sebegitu cepatnya orang percaya. Maka dari itu, Lukas ingin menempatkan kita sekalian pada peristiwa percakapan itu, - peristiwa keraguan iman, menuju peristiwa kepastian iman, iman akan Kristus yang Benar-Benar Hidup Kembali, Kristus yang sungguh-sungguh bangkit. Hanya pada orang yang punya kepastian iman akan Kristus yang bangkit inilah, baru boleh menjadi rasul kebangkitan, warta tentang Kristus yang bangkit.

Kita Ibarat dua murid dalam perjalanan ke Emaus. Kita terus berjalan sambil menyibukan
diri. Kita sibuk sana, sibuk sini. Urus sana, urus sini, sampai-sampai kita mengeluh kita
kekurangan waktu. Akhirnya waktu bagi Tuhan pun kita rampas. Maka, karena kesibukan-kesibukan itulah adalah ada sesuatu yang menghalangi kita, sehingga kita tidak lagi “mengenal” Yesus, sebagaimana pengalaman yang dialami oleh kedua murid tadi. Sesibuk-sibuknya kita di luar rumah, pandemi Corona Virus, akhirnya menghentikan langkah kita untuk segera kembali ke rumah. Corona Virus seolah memaksa kita, untuk harus berada di rumah untuk sebuah jangka waktu yang belum pasti. Seluruh aktifitas di luar rumah total dihentikan. Saatnya hanya berada di rumah saja. Ibadat di rumah, kerja dari rumah dan belajar dari rumah. Maka ketika kita berada di rumah dalam konteks bacaan injil suci hari ini, sebetulnya adalah moment berrahmat untuk berjalan kembali ke dalam diri sendiri.

Bersama Yesus yang bangkit kita berjalan masuk ke dalam diri sendiri untuk menjumpai,
tidak saja kekuatan-kekuatan di dalam diri kita, melainkan juga kelemahan-kelemahan kita.
Kita akan berjumpa dengan kekeliruan dan cacat, kita menemui kesalahan dan dosa-dosa yang pernah kita jalani. Inilah aral yang merintangi “pengetahuan” dan pengenalan kita tentang Yesus yang Bangkit. Bila kita sudah menjumpai semua kelemahan itu maka sambil berkiblat pada Kisah Suci ini, dengan kebesaran hati, kita merevisi strategi kerja,
membaharui motivasi hidup, untuk benar-benar menjadi murid yang bangkit bersama
Kristus yang sudah siap mewartakan Kristus yang telah bangkit. ”Sesungguhnya Tuhan telah bangkit.”***

Iklan

Iklan