Oase Di Tengah Pandemi Covid-19


DAMAI SEJAHTERA BAGI 
KAMU !

(Oleh Vinsens Hayon -Penyuluh Agama)

KUPANG, MT. NET. SEMUA provinsi di Republik ini sudah diberi titik merah pada Tabel
Covid-19. Artinya, virus korona sudah menular di seluruh provinsi. Virus ini, sekarang jadi masalah nasional, masalah seluruh rakyat Indonesia. Menurut data dan informasi resmi dari Jubir Pemerintah
untuk Penanganan Wabah Virus Corona, jumlah kasus covid-19 terus naik saban hari. Jumlah pasien yang sembuh hingga Kamis (22/4), 960 Orang. Jumlah yang meninggal 647 orang. Kita ucapkan salam pisah bagi mereka, “Rest In Peace di haribaan “Pemilik Kehidupan !”

Paparan data di atas menunjukkan pertambahan jumlah pasien yang sembuh lebih banyak daripada jumlah yang meninggal. Atas kesembuhan saudara-sudari kita ini, patutlah kita naikan syukur dan berterima kasih kepada “Sang Penyembuh Agung,” karena kesembuhan yang mereka peroleh
merupakan bukti, “Tuhan terlibat” dalam situasi mereka di masa pandemi Covid-19.
Dengan pandemi ini, setidak-tidaknya kita disadarkan akan esensi -hakekat kita sebagai
“adamah” (manusia dari debu tanah) dan oleh hembusan Roh Ilahi dijadikan Adam (manusia hidup). Adam itu dianugerahi tubuh, jiwa dan Roh, akal budi, rasa dan kehendak, yang selalu memungkinkan adam sadar akan “ada” dan “situasi” dirinya, serta dengan jujur mengakui ketergantungannya pada Tuhan sebagai penguasa dan pemilik semesta alam raya.
Sebagai Adam -Manusia hidup, kita diajak untuk mengarahkan seluruh hidup kita pada Tuhan
sebagai Daya hidup dan Kekuatan kita. Dialah Allah kita dan kita umatNya. Dialah alpha dan Omega. Pengakuan akan Tuhan dengan segala sematan identitas ini, bagi seorang Adam akhirnya mewujut pada sikap rendah hati dan bersyukur. “Mengucap syukurlah dalam segala hal, karena inilah yang
dikehendaki Allah di dalam Yesus Kristus bagi kita” (bdk. 1 Tes. 5:17-18).

Untuk lebih memperbesar rasa syukur di tengah situasi pandemi Covid-19 ini, hendaknya semua kita, tanpa pengecualian, belajar patuh –taat pada aturan protokoler kesehatan; Stay at home,
jaga jarak, cuci tangan, pake masker, tidak usah kumpul-kumpul di luar rumah, jaga kesehatan dan di daerah Zona merah, patuh terhadap PSBB yang sudah berlaku. Patuh dan taat melaksanakan aturan-aturan protokoler yang saban hari dihimbau, baik secara
lisan, lewat mulut para petugas atau sama saudara kenalan kita maupun tidak langsung melalui berita media sosial: televisi, radio, video youtube, whatsap, dan lain-lain, mengarahkan kita kepada “Damai sejahtera.”

Patuh dan taat maka damai sejahtera hadir bagi kita.
Wujud paling konkret dari ungkapan “Damai Sejahtera” bagi kita dalam situasi Pandemi
Covid-19 ini adalah pertama; kita secara perlahan namun pasti memutus rantai penyebaran Covid-19 ini. Kedua, kita selamat, terbebaskan dan terlepaskan dari virus jahat ini. Ketiga, Bagi saudara-saudari yang sakit, yang terpapar Covid-19, mendapat perhatian serius dan langsung dari para petugas medis; dokter, perawat dan petugas penunjang lainnya dan juga perhatian secara tidak langsung berupa empati dan doa dari semua masyarakat Indonesia yang sehat.

Jika semua perhatian hanya diperuntukan bagi mereka yang terpapar virus korona, maka
harapan hidup, harapan akan sembuh menjadi nyata. Harapan-harapan seperti ini ada, selain karena “Tuhan terlibat” dalam kesembuhan orang-orang sakit dan menderita, juga karena “Tuhan terlibat” dalam kepatuhan kita melaksanakan aturan-aturan protokoler kesehatan itu.
Ungkapan “Damai sejahtera bagi kamu,” yang terbaca dalam Injil Yoh. 20:26, adalah ucapan
Yesus bagi para muridNya tatkala Ia mendapati mereka sedang terisolasi dalam rumah dengan pintu-pintu terkunci karena takut dan terancam oleh perilaku para pemimpin Yahudi; Imam besar, ahli-ahli Taurat, Kaum Farisi, dan orang Yahudi yang telah membunuh Guru mereka. Singkat kata, para murid takut akan bahaya yang mengancam kehidupan mereka, sehingga mereka me-lock out diri, melakukan karantina mandiri dan tetap stay at home, tetap berdiam di rumah,bahkan sudah sampai hari ke- 8, menurut kisah itu.

Para murid menanggapi bahaya atas diri mereka dengan melakukan self isolation secara
ekstrem. Pintu-pintu rumah dikunci siang dan malam. Mereka tetap stay at home dan ke luar rumah jika perlu sebagaimana yang dilakukan Tomas salah seorang dari antara murid-murid itu, sehingga
ketika kunjungan Yesus pertama, ia tidak ada. Merka me-lock out diri karena mereka takut bahaya yang mematikan. Mereka takut pada “perilaku jahat” para pemimpin dan pembesar Yahudi bersama
simpatisan mereka, yang membunuh lewat hukuman salib yang keji. Dalam benak para murid, perilaku jahat para pemimpin dan pembesar Yahudi adalah hantu kematian atau sejenis “wabah ganas dalam ukuran besar” yang siap mencaplok nyawah mereka.

Anagogik sebagai wabah ganas dalam ukuran besar, karena arogansi kekuasaan dan konspirasi antarelit politik Yahudi kala itu dalam menghukum dan membunuh Yesus melalui hukuman salib yang keji.Dan hal ini akan berlaku juga bagi para pengikutNya. Sadis !

Pada tataran konret, arogansi kekuasaan dan konspirasi antarelit politik Yahudi telah
terlaksanan dengan menghukum dan mebunuh “kemanusian Yesus.” Padahal Yesus yang dibunuh itu
adalah Tuhan dan Kristus (bdk. Kis. 2: 36). Yesus juga adalah Tuhan dan Allah (Yoh. 20:28),
sebagaimana pengakuan Tomas yang hadir bersama murid lain dalam rumah yang terkunci itu.

Dalam rumah dengan pintu-pintu terkunci itu, Yesus yang adalah Tuhan dan Kristus, Yesus yang bangkit - Tuhan yang Hidup melawati mereka memberi kekuatan dengan sapaan, “Damai sejahtera bagi kamu !” Sapaan Yesus ini adalah sapaan yang menguatkan, pemberi semangat, menghadirkan keteduhan, dan
memberi harapan hidup -selamat. Apakah sapaan Yesus itu berarti juga bagi kita dalam situasi pandemi Covid-19 ini ?
Bagi situasi kita saat ini, sapaan Yesus itu tidak hanya sebagai sapaan penguat, sapaan yang
memberi semangat, sapaan keteduhan, sapaan yang memberi harapan hidup -selamat, melainkan juga
sapaan yang menyembuhkan dan berkasiat menjamin imun tubuh. Sapaan “Damai sejahtera bagi kamu” membuat yang sehat terlindungi dan yang sakit/terpapar Covid-19 kuat dalam derita karena
mendapat siraman rohani yang menguatkan tubuh jasmani. Sapaan Yesus ini juga bernada positif, yang artinya menyulut kekuatan untuk menghadirkan kesembuhan. Kehadiran yesus saat itu adalah kehadiran memberi hiburan, “Jangan takut, Aku menyertai kamu sampai kepada akhir zaman” (bdk.Mat. 28:20).

Kata-kata, „Jangat takut,” dari Tuhan itu bermakna bagi kita sebagai harapan untuk
pemulihan bagi yang sakit akibat virus korona. Kata-kata “Jangan takut,” memberi juga asa bagi kita, bahwa “Badai pandemi Covid-19 akan segera berlalu.”

Karena itu, “Berkumpulah di rumahmu saja bahkan dengan pintu-pintu terkunci, Mengapa demikian, karena pada saat itu, Aku datang dan menyapa, “Damai sejahtera bagi kamu !”
Sapaan „Damai sejahtera bagi kamu !” dan kata-kata Tuhan, “Jangan takut, Aku menyertai
kamu, bahkan sampai kepada akhir zaman,” hendaknya menjadi pegangan dan dasar keyakinan kita, bahwa “dalam namaNya, pandemi Covid-19 akan segera teratasi. Ingatlah, “Jangan kamu tidak percaya lagi, melainkan percaya.” Semoga. ***

Iklan

Iklan