KEMBALI KE FITRAH DIRI
         (Renungan Atas Pandemi Covid-19)
Oleh Yosep Sudarso -Penyuluh Madya Agama Katolik Kemenag Kota Kupang

KUPANG, MT.NET. COVID-19 tidak saja membawa mimpi buruk bagi manusia sejagat dan
membuat kita seperti kehilangan kendali dan harapan. Belakangan ini kita juga menyaksikan  bahwa ternyata ada sumbangan besar dari warta Kabar Gembira –Injil untuk kehidupan kita saat-saat ini. Terdapat kaitan erat antara pandemi ini dengan warta dan pesan Injil. Fakta pandemi virus korona yang tidak tahu kapan akhinya, memungkinkan dan sudah terjadi, bahwa langit di kota-kota besar mulai tampak cerah. Polusi udara menurun drastis. Amanat Laudato Si, -“Bumi, rumah kita bersama,” dari pemimpin agama Katolik sedunia terwujud.

Keluarga juga kembali mendapat tempatnya sebagai ecclesia domestica. Di atas segalanya, wabah ini menegaskan esensi kita sebagai manusia: kita hanyalah adamah (debu) yang menjadi Adam (manusia) karena hembusan Roh Ilahi. Pertemuan Yesus dan Nikodemus dalam perikop Injil Yohanes, 3:7-15. merupakan model lain dari upaya mengembalikan manusia pada fitrahnya. Yesus memilih jalan perjumpaan dan dialog. Tetapi kata-kata-Nya langsung menohok. “Janganlah engkau heran karena Aku berkata
kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali” (ayat 7). Kata-kata Tuhan itu juga ditujukan kepada kita yang ada dalam situasi pandemic C-19 ini. Tuhan berdialog dengan kita. Dia mengharuskan kita kembali terlahir. Karena itulah hukum kehidupan. Ketika kita sudah terlalu jauh dari esensi kita sebagai manusia, sudah waktunya untuk pulang. Penulis Kitab Pengkotbah dalam Alkitab Perjanjian Lama menggarisbawahinya sebagai berikut, “Yang sekarang ada, dulu sudah ada, yang akan ada, sudah lama ada, dan Allah mencari yang sudah lalu” (Pkh. 3:15).

Dalam hal apa saat ini, Tuhan menghendaki kita terlahir kembali? Untuk menjawabnya, Sabda Tuhan menagajak kita untuk lebih jeli dan dalam kesadaran dan keyakinan iman untuk mencrmari fakta sejarah bagaimana cara hidup Jemaat-Gereja Perdana (Kis 4: 32-37). Kisah yang ditulis Lukas ini sungguh hidup dan penuh dinamika. Setiap kata memperlihatkan fitrah
kita sebagai manusia: kumpulan orang yang percaya, sehati dan sejiwa, kepunyaanku bukan
milikku sendiri, bersaksi tentang kebangkitan Tuhan, berjerih payah menjual harta milik pribadi,meletakkan hasil penjualan di depan kaki rasul-rasul, menerima bagian sesuai keperluan. Sikap dan perilaku atau cara hidup umat-Gereja perdana ini, menjadi inti warta dan kesakisan Lukas, sang penulis kisah, bahwa “Mereka semua –Jamaat perdana hidup dalam kasih karunia yang
melimpah-limpah ( Bdk. Kis. 4:33b).

Hemat saya, gereja perdana sungguh-sungguhmelaksanakan amanat Tuhan untuk terlahir kembali. Gereja perdana -para pengikut Tuhan itu adalah manusia Paskah. Sekelompok kecil kawanan yangmenemukan citra-Nya berkat rahmat kebangkitan Tuhan. Hendaknya juga, kita yang terlahir kembali berkat Sakramen Pembaptisan meneladani cara hidup jemaat perdana dan para rasul.
Situasi kita saat ini sesungguhnya tidak bedah jauh dengan pengalaman Jemaat-Gereja perdana. Mereka hidup dalam ketakutan akan dianiaya, dibantai dan dibunuh karena menjadi pengikut Tuhan. Tetapi justru dalam kondisi seperti itu, fitrah mereka sebagai orang percaya bercahaya dengan terang benderang. Berbanding lurus dengan situasi pandemi C-19, ketakutan terus melanda hidup kita. Karena itu, kita hendaknya juga menemukan esensi kita sebagai manusia Paskah. Bahwa wabah penyakit, penderitaan dan kemalangann hidup tidak pernah memadamkan cahaya iman, harap dan kasih kita pada Tuhan dan sesama. Sebaliknya, situasi seperti ini menjadi kesempatan menegaskan
fitrah kita sebagai insan kristiani. Semoga Tuhan yang bangkit meneguhkan komitmen kita. ***


Iklan

Iklan