Sentuhan Teknologi Modern dan Kompetitif Memberi Nilai Tambah Sistem Pertanian di NTT



Kupang,mutiaratimur.net

Marius Adu Jelamu, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT dalam Siaran Pers Valeri Guru/Kasubag Pers dan Pengelolaan Pendapat Umum Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT, Jumat (06/03) menggambarkan tentang semangat dan kemauan keras Gubernur NTT, VBL terhadap pengembangan sistem pertanian dan peternakan modern di NTT.

Menurut Marius keseriusan Gubernur itu dibuktikan dengan pada hari Jumat (06/03) Gubernur VBL bersama sejumlah investor Rusia bertemu Menteri Pertanian RI. "Benar Hari ini Bapak Gubernur bersama para investor dari sejumlah negara termasuk Rusia berdiskusi dengan Menteri Pertanian RI, Bapak Syahrul Yasin Limpo di Jakarta terkait dengan pengembangan pertanian dan perternakan modern di Provinsi NTT," tutur Marius.
Doktor penyuluh pertanian jebolan IPB Bogor ini lebih lanjut mengatakan, Gubernur VBL mengharapkan agar pertanian dan peternakan tradisional yang selama ini dikembangkan di Provinsi NTT segera diganti atau dialihkan dengan sentuhan teknologi.

Karena pertanian dan peternakan tradisonal sesungguhnya kurang memberikan nilai tambah ekonomis yang signifikan bagi para petani dan peternak. Kita harus ubah pola pertanian dan peternakan di NTT dengan sentuhan teknologi modern yang lebih kompetitif dan memberi nilai tambah yang signifikan bagi para petani dan peternak. Kita harus ubah pola pertanian dan peternakan di NTT dengan sentuhan teknologi modern yang lebih kompetitif dan memberi nilai tambah yang signifikan ke depannya, jelas Marius, berargumen.

Para investor asing ini lanjut mantan Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT, sangat antusias tatkala mereka dipercaya oleh Pemerintah Provinsi NTT untuk mengembangkan pertanian dan peternakan dengan sentuhan teknologi modern. Para investor sangat antusias untuk berinvestasi di Provinsi NTT, kata Marius.

Sebagaimana diketahui dalam berbagai kesempatan Gubernur VBL selalu menyinggung soal pengembangan sapi Wagyu di Provinsi NTT. Sapi Wagyu kata Marius, berasal dari Jepang. Mengacu pada beberapa ras sapi. Satu ras di antaranya memiliki kecenderungan genetik berupa pemarmeran (marbling) tinggi dan memproduksi lemak tak jenuh berminyak dalam jumlah besar. Sapi wagyu terkenal karena pola marmer pada dagingnya dan kualitasnya. Kualitas daging sapi ini sangat tinggi dan karena itu sangat mahal harganya, kata Marius.

Karo Marius meneruskan, untuk pengembangan sapi Wagyu tentu dibutuhkan "knowlege", pengalaman, skill dan sentuhan ilmu yang mumpuni. "Sapi Wagyu inilah yang dikembangkan di Jepang dan dagingnya yang berkualitas dan mahal memenuhi berbagai restoran di Jepang dan negara maju lainnya. Jika ini dikembangkan di NTT tentu pakan ternak, kandang dan keseluruhan eko sistem pengelolaannya didesign sebaik mungkin dengan melibatkan para pakar, ucap Marius sembari menambahkan, Bapak Gubernur VBL menginginkan agar para peternak di NTT harus memelihara dan memiliki sapi Wagyu yang harganya satu ekor Rp 1 miliar.

Tahun ini sebut dia, Pemprov NTT  akan mendapat bantuan sperma sapi Wagyu 100 ekor dari Kementerian Pertanian RI melalui Dirjen Peternakan, ucap Marius, sambil tersenyum. ***(mm)

Iklan

Iklan