Kupang,mutiaratimur.net
NTT merupakan provinsi yang memiliki pengembangan produksi pertanian lahan kering yang potensial. Ada sekitar 3 juta hektar luas lahan
kering yang terdapat di NTT. Jumlah lahan kering yang signifikan besarnya, akan tetapi pengelolaan teknologi
untuk produksi masih terlihat belum cukup. Hal ini terungkap dalam forum diskusi dan
konsultasi publik dengan tajuk bertemakan: “ Kemiskinan dan Pola Pengembangan Lahan
Kering di NTT”, yang digelar oleh
anggota Komisi IV DPR RI, Yohanes Fransiskus Lema (Ansy Lema) di Aula Dewan Perwakilan Daerah RI Propinsi NTT, Kota Kupang, Selasa (7/1/2020).
Dari pembicaraan dalam forum, terkesan membangun pertanian lahan kering itu tidak cepat dan mudah. Memberi
pemahaman SDM petani dan menerapan
teknologi demi peningkatan hasil
memerlukan waktu tak singkat. Lahan kering juga membutuhkan air, ucap salah
satu peserta.
Kalau lahan kering mau suskses di semua kabupaten/kota di NTT lanjut
peserta tadi, lihatlah seperti di Kabupaten Sikka. Seorang misionaris Katholik,
P. Heinric Bollen, SVD merintis bersama rakyat Kabupaten Sikka selama 30 tahun
baru pembangunan lahan kering kini suskses.
Penerapan teknologi pertanian lahan kering di NTT
umumnya masih rendah menyebabakan hasil
produksinya pun belum cukup memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga dan permintaan
pasar. Realitas tersebut dapat terlihat dari angka kemiskinan di NTT yang masih
tinggi.
Ansy Lema, anggota DPR RI daerah pemilihan NTT II berpendapat,
angka tingkat kemiskinan di NTT kini 21,09 persen lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka
tingkat kemiskinan nasional hanya 9 persen. Tingginya angka persentase kemiskinan
NTT juga merupakan kontribusi masyarakat petani lahan kering.
Karena itu dalam upaya meningkatkan hasil produksi
yang dapat membebaskan masyarakat dari kemiskinan harus dengan narasi-narasi besar.
Narasi besar sebagai langkah awal memfasilitasi teknologi pengelolaan lahan
kering dengan menggunakan excavator untuk pengemburan dan kesuburan pada lahan
yang tanahnya keras dan berbatu karang, seperti di daratan timor. Lahan itu
dapat dijadikan sebagai demplot pilot projek. Demplot yang bisa menjadi tempat
pembelajaran bagi para petani lahan kering di NTT.
Anggota DPR RI Komisi IV yang membidangi pertanian,
peternakan, perkebunan, perikanan, kehutanan dan lingkungan asal NTT ini berkomitmen kuat akan
memperjuangkan kebijakan anggaran untuk NTT. Anggaran yang
diperjuangkan secara glondongan sekitar 50 triliun sebagaimana dipresentasikan sebelum
diskusi oleh Indah Megahwati, Direktur Pembiayaan Sarana dan Prasarana dari
Perwakilan Kementerian Pertanian untuk pembangunan di bidang pertanian, peternakan
dan pengairan.
Indah Megahwati dalam presentasi rencana anggaran juga menyampaikan agar dinas
dan pihak terkait di Provinsis NTT untuk
segera memasukan proposal optimalisasi lahan kering, proposal pertanian terpadu
antara tanaman dan ternak sapi dan proposal pengairan supaya anggarannya bisa
dieksekusi, minimal tahap pertama untuk tiga bulan pertama. Rencana usulan
proposal akan dikelola dalam pokja khusus bidang tersebut.***