Wali Kota Tegaskan Bahaya Hoaks: Teknologi Bukan Musuh, Manusialah Penentunya

Kupang — Wali Kota Kupang menegaskan bahwa kemajuan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), bukanlah ancaman utama bagi masyarakat. Yang menjadi persoalan justru adalah cara manusia memanfaatkan teknologi tersebut.

Hal itu disampaikannya saat menghadiri kegiatan pelatihan dan diskusi bersama para peserta yang selama ini berperan aktif di lapangan dalam mendukung program pemerintah dan menjaga ketertiban informasi di masyarakat.

“Teknologi itu seperti pisau bermata dua. Bisa dipakai untuk hal baik, tapi juga bisa dipakai untuk hal buruk. Yang berbahaya bukan teknologinya, tetapi manusianya. Man behind the gun,” tegas Wali Kota.

Ia mengingatkan bahwa penyebaran informasi di era digital harus disertai tanggung jawab moral. Menurutnya, teknologi dapat menjadi sarana edukasi dan penyebaran kebenaran, namun juga dapat memicu hoaks, fitnah, bahkan perpecahan sosial jika digunakan tanpa niat baik dan tanpa verifikasi.

Dalam kesempatan tersebut, Wali Kota juga mengkritik kebiasaan rapat dan pelatihan yang tidak diikuti aksi nyata di lapangan. Ia menegaskan bahwa visi tanpa implementasi hanyalah ilusi.

“Kalau hanya rapat, diskusi, tapi tidak ada tindakan, itu namanya halusinasi. Visi tanpa eksekusi adalah halusinasi,” ujarnya.

Ia mencontohkan perubahan budaya berlalu lintas sebagai bukti bahwa edukasi dan konsistensi mampu mengubah perilaku masyarakat. Jika dulu penggunaan helm standar sempat menuai penolakan, kini justru menjadi kesadaran kolektif.

“Sekarang orang malu kalau tidak pakai helm yang benar. Itu bukti perubahan tidak instan, tapi bisa terjadi kalau terus diedukasi,” katanya.

Lebih lanjut, Wali Kota mengingatkan pentingnya sikap kritis dalam menerima dan membagikan informasi, terutama di media sosial. Ia menekankan agar masyarakat tidak hanya membaca judul berita, tetapi juga memahami isi dan memeriksa kebenaran dari berbagai sisi.

“Jangan cepat-cepat share. Cek dulu faktanya. Baca isi beritanya, jangan cuma judul. Banyak kasus yang kelihatannya sederhana, tapi ternyata ada kekerasan dan bahkan korban jiwa,” tegasnya.

Ia menyebut para peserta pelatihan sebagai “pasukan khusus” yang memiliki peran strategis dalam menjaga ruang informasi publik tetap sehat dan kondusif. Tantangan ke depan, kata dia, adalah menghadapi gelombang informasi tidak benar yang semakin masif.

“Pelaut hebat tidak lahir dari laut yang tenang. Kalian akan jadi pelaut-pelaut hebat karena menghadapi gelombang. Program pemerintah tidak akan berjalan tanpa dukungan kalian di lapangan,” pungkasnya.*go



Iklan

Iklan