Ribuan Anakan Pohon, Kontribusi Nyata BPDAS Benain Noelmina Wujudkan Kota Kupang Hijau dan Sejuk

Karena Hanya Pohonlah yang Mampu Menjaga Keseimbangan dan Pemulihan Bumi

Advetorial 

Ribuan anakan pohon dari BPDAS Benain Noelmina jadi kontribusi nyata wujudkan Kota Kupang hijau, sejuk, dan berkelanjutan.

Kupang — Ribuan anakan pohon kini tumbuh di berbagai titik ruang terbuka Kota Kupang. Pohon-pohon itu bukan hanya penghias kota, tetapi napas baru bagi lingkungan yang kian tertekan oleh panas dan kekeringan. Di balik gerakan hijau ini, ada kontribusi nyata dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Benain Noelmina yang tanpa lelah menyalurkan bibit, membina masyarakat, dan mendorong kesadaran menanam demi masa depan yang lestari.

Kepala BPDAS Benain Noelmina, Klaudolfus Tuames, menegaskan bahwa lembaganya berkomitmen kuat mendukung seluruh upaya penghijauan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, terutama di ibu kota provinsi, Kota Kupang.

 “Kami selalu mendukung setiap upaya memperbaiki lingkungan hidup oleh semua komponen, baik pribadi, lembaga pendidikan, maupun pemerintah daerah. Karena hanya pohonlah yang mampu menjaga keseimbangan dan memulihkan bumi,” ungkap Tuames.

Sebagai lembaga di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), BPDAS Benain Noelmina menjadi tulang punggung program rehabilitasi hutan dan lahan di NTT. Melalui persemaian permanen, lembaga ini memproduksi dan menyalurkan ribuan anakan pohon setiap tahun untuk mendukung berbagai kegiatan penghijauan.

Bibit-bibit tersebut tidak hanya ditanam di kawasan hutan, tetapi juga disebar ke area Ruang Terbuka Hijau (RTH), taman kota, jalur jalan, hingga halaman sekolah dan tempat ibadah di Kota Kupang.

 “Kami menyesuaikan dukungan dengan rencana pengembangan Kota Kupang. Jika pemerintah kota ingin membuat ruang terbuka hijau atau hutan kota, kami siap mendukung dengan penyediaan bibit sesuai konsep dan kebutuhan daerah,” jelas Tuames.

BPDAS Benain Noelmina telah lama bersinergi dengan Pemerintah Kota Kupang. Setiap tahun, pihaknya mengakomodir permintaan bibit dari dinas-dinas, lembaga masyarakat, bahkan organisasi kepemudaan seperti Gerakan Pramuka.

Namun, menurut Tuames, keberhasilan penghijauan tidak berhenti pada penanaman semata.

 “Bibit yang kami salurkan harus dijaga dan disiram, terutama di musim kemarau. Tanaman butuh air untuk bertahan hidup dan berfotosintesis. Tanpa perawatan, sebagian besar akan mati karena kondisi kering ekstrem di NTT,” ujarnya.

Ia mencontohkan beberapa titik di Kota Kupang seperti Taman Nostalgia dan Jalan Ir. Timor Raya, di mana tanaman yang disiram dan dirawat secara rutin tetap tumbuh subur dan menjadi paru-paru kota yang menyejukkan.

Tuames menekankan bahwa manfaat ruang terbuka hijau tidak hanya bersifat ekologis, tetapi juga sosial dan psikologis.

 “Ruang hijau menghasilkan oksigen, menghadirkan burung-burung, menciptakan kesejukan dan keindahan. Tempat seperti itu menjadi sumber kebahagiaan warga, dan kebahagiaan itulah yang akan meningkatkan produktivitas masyarakat,” tuturnya.

Dalam jangka panjang, peningkatan tutupan lahan melalui penanaman pohon juga membantu menjaga ketersediaan air tanah, memperkuat daya resap tanah, dan mengurangi risiko kekeringan.

 “Akar-akar pohon membuka pori tanah agar air hujan bisa meresap. Air itu tersimpan di bawah tanah dan menjadi cadangan di musim kemarau. Itulah fungsi ekologis yang sangat vital,” jelasnya.

Menutup wawancara, Kepala BPDAS Benain Noelmina mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan menanam pohon sebagai bagian dari gaya hidup.

 “Bumi ini hanya satu. Tanggung jawab memperbaikinya ada di pundak kita semua. Mari kita bersinergi menanam dan memelihara pohon, karena hanya pohon yang mampu menghasilkan air dan menjaga kehidupan,” tegasnya. **(go)







.

Iklan

Iklan