Misa Syukur Wisuda Gregorius Claudio Pora di Penfui Kupang, RD. Hironimus Rusae: "Kebenaran Sering Ditolak, Tapi Harus Diperjuangkan"

Kupang - Suasana penuh syukur mewarnai Misa Wisuda Gregorius Januari Claudio Pora, S.Ak., yang digelar di Penfui Kupang, Senin (1/9/2025). Perayaan Ekaristi ini dipimpin oleh RD. Hironimus Rusae, yang dalam kotbahnya memberikan pesan mendalam bagi wisudawan, keluarga, serta umat yang hadir.

Dalam refleksinya, RD. Hironimus Rusae mengangkat bacaan Injil tentang Yesus yang ditolak di Nazaret. Ia menekankan bahwa kebenaran seringkali membawa penolakan, kritik, bahkan rasa sakit.

 “Bicara soal kebenaran dan memperjuangkan kebenaran itu memang menyakitkan. Banyak orang menolak karena kebenaran sering mengusik zona nyaman mereka,” ungkap RD. Hironimus.

Ia juga mengingatkan bahwa perubahan sejati dimulai dari diri sendiri, bukan sekadar dari luar.

“Kalau kita mau berubah, pertama-tama yang perlu diubah adalah diri kita sendiri. Baru setelah itu kita bisa kembali dan memberi arti bagi orang lain,” tambahnya.

Kepada Gregorius Claudio Pora, RD. Hironimus menekankan bahwa perjalanan hidup setelah wisuda tidak akan mudah. Dunia kerja dan pelayanan akan mempertemukan dengan kritik, penolakan, bahkan tantangan yang berat.

 “Setelah hari ini, engkau akan berhadapan dengan berbagai macam hal seperti yang dialami Yesus: penolakan, kritikan, kemapanan. Tapi tetaplah bersyukur dan setia, karena doa-doa orang tua dan keluarga selalu menyertaimu,” pesannya.

Misa syukur ini juga menjadi bentuk perayaan iman dan ungkapan terima kasih keluarga atas doa, perjuangan, serta pengorbanan panjang hingga Claudio berhasil menyelesaikan studinya.

RD. Hironimus menutup kotbahnya dengan doa agar Claudio dan seluruh wisudawan mampu menjawab tantangan hidup dengan iman, integritas, dan keberanian untuk terus memperjuangkan kebenaran di tengah masyarakat.

Pihak keluarga, melalui Kristo Blasin, menyampaikan rasa bangga atas pencapaian Claudio. Ia menilai keberhasilan ini bukan hanya hasil kerja keras pribadi, melainkan juga doa dan dukungan keluarga.

 “Kami bangga karena pendidikan adalah warisan terbaik. Orang tua tidak meninggalkan banyak harta, tapi melalui pendidikan mereka memberi masa depan. Itu yang membuat kami semua hadir di sini dalam sukacita,” ujarnya.

Kristo juga menekankan bahwa generasi muda harus berani menciptakan peluang kerja, tidak hanya menunggu kesempatan.

 “Jangan takut menghadapi tantangan zaman digital ini. Harus kuat mental, jangan hanya berharap jadi pegawai. Anak muda bisa menciptakan usaha sendiri dan menjadi berkat bagi banyak orang,” pesannya.

Dalam kesempatan itu, Anton Taji, Ketua RW 08, turut menyampaikan apresiasi.

“Hari ini adik Dio sudah mengangkat derajat keluarga dan lingkungan RW 08. Ini menjadi kebanggaan bagi kami, dan semoga menjadi jalan bagi adik-adiknya yang masih kuliah,” kata Anton.

Ia juga menegaskan agar acara syukuran tetap berjalan tertib sesuai aturan.

 “Acara kita dibatasi sampai pukul 24.00 sesuai peraturan. Jangan ada keributan, karena ada sanksi hukum bila melanggar,” tegasnya.

Sebagai penutup, wisudawan Gregorius Claudio Pora atau akrab disapa Dio, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih.

“Pada hari ini, 1 September, saya bersyukur bisa diwisuda bersama teman-teman sekitar 2000 lebih wisudawan. Terima kasih pertama-tama kepada kedua orang tua saya, yang selalu menunjukkan kasih dan pengorbanan tanpa henti,” ucapnya.

Dio juga tidak lupa menyampaikan penghargaan kepada sahabat-sahabat yang setia mendukung selama masa studi.

 “Terima kasih untuk teman-teman yang selalu ada, ikut berjuang bersama, dan menjadi bagian penting dari perjalanan saya. Semoga kita semua bisa melangkah lebih jauh lagi,” tutup Dio Putra bungsu tiga bersaudara dari Metuzalactio Pora dan Clara Goereti Parera Pora.*(go)







Iklan

Iklan