Kupang – Suasana Taman Budaya Provinsi NTT dipenuhi semangat kebersamaan saat Ikatan Keluarga Ngada (IKADA) Kupang menggelar Festival Budaya Sagi–Larik, Sabtu (30/8/2025). Acara ini menjadi momentum penting untuk memperkenalkan ragam budaya Ngada kepada masyarakat luas sekaligus merawat warisan leluhur di tanah perantauan.
Dalam sambutannya, Ketua IKADA Kupang, Dr. Siprianus Radho Tolly, menegaskan bahwa budaya Ngada lebih kaya dari sekadar Jai dan Reba yang sudah dikenal masyarakat.
“Budaya Ngada itu kaya. Tidak hanya Jai dan Reba, tapi juga ada Sagi dari sub-etnis Soa, Larik dari Riung, serta Sudu dari Bajawa Selatan. Semua tradisi ini adalah warisan leluhur yang harus kita rawat bersama,” ujarnya.
Ia menekankan, pertunjukan Sagi maupun Larik bukanlah ajang kekerasan, melainkan seni yang mengandung nilai estetika dan persaudaraan.
“Tidak ada kekerasan dalam Larik, tidak ada kekerasan dalam Sagi. Yang ada hanyalah seni, alunan budaya, dan identitas yang diwariskan turun-temurun,” tegasnya.
![]() |
Adegan Larik/Mekas Riung |
IKADA berdiri sejak tahun 2010. Presiden pertama dijabat oleh Darius Tiwhero, dilanjutkan Presiden ke-2 Vincent, dan kini dipimpin oleh Dr. Siprianus Radho Tolly sebagai Presiden ke-3.
Organisasi ini semakin kokoh setelah memperoleh Akta Notaris Emanuel Malik, SH., MH, lalu dikukuhkan melalui SK Dirjen AHU Kemenkumham No. 001/07/2023, sehingga resmi menjadi organisasi sosial berbadan hukum di NTT.
Hingga kini, IKADA menaungi 48 paguyuban atau kelompok arisan yang aktif di Kota dan Kabupaten Kupang. Jumlah anggota resmi mencapai 918 kepala keluarga, dengan total lebih dari 12 ribu orang. Jumlah ini diyakini akan terus bertambah seiring ajakan IKADA kepada warga Ngada lain untuk bergabung dalam wadah kebersamaan ini.
“Semakin banyak kita bersatu, semakin kuat identitas kita di perantauan,” kata Radho Tolly.
Festival Sagi–Larik tahun ini menghadirkan kolaborasi lintas komunitas. IKADA mengundang saudara-saudara dari Riung, Soa, hingga Nagekeo Kupang untuk tampil bersama sebagai mitra pentas.
![]() |
Adegan Sagi Soa laga eksebisi Wali Kota Kupang dr.Christian Widodo vs Ketua Panitia Anton Gilli |
Kehadiran Kepala Desa Lanamai I serta tokoh-tokoh adat memperkuat ikatan kebersamaan. Penonton pun disuguhkan atraksi budaya yang memadukan Sagi, Larik, dan Sudu sebagai simbol persaudaraan.
“Ini bukan lawan tanding, melainkan ruang bersama untuk menunjukkan jati diri dan rasa bangga terhadap budaya Ngada,” ungkap Ketua IKADA.
Selain pertunjukan budaya, festival juga menghadirkan stand UMKM anggota IKADA yang memamerkan produk lokal seperti makanan khas, kerajinan tangan, hingga tenun ikat. Kehadiran UMKM ini menunjukkan bahwa IKADA tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga mendorong kemandirian ekonomi komunitas Ngada di Kupang.
Di akhir sambutannya, Dr. Siprianus Radho Tolly menitipkan pesan khusus kepada generasi muda Ngada.
“Terima kasih untuk semua saudara dari Riung, Soa, dan Nagekeo yang hadir. Hari ini kita bukan lawan tanding, tapi mitra pentas. Mari kita nikmati budaya kita dengan penuh kebanggaan. Warisan leluhur ini harus kita teruskan kepada anak-anak kita,” pungkasnya. *(go)
![]() |
Adegan doa adat (Pintu Pazir) mohon Restu Tuhan dan Leluhur |