Kota Kupang, MUTIARA-TIMUR.COM – Masyarakat Kota Kupang dikejutkan dengan dugaan kasus keracunan yang dialami ratusan siswa SMP Negeri 8 Kupang. Insiden ini menyulut perdebatan publik terkait pelaksanaan program makanan bergizi gratis yang digagas untuk meningkatkan kesehatan peserta didik.
Berdasarkan pantauan media ini, insiden diduga adanya keracunan ratusan siswa SMPN 8 Kota Kupang, pihak sekolah, melalui kepala sekolah Roslin Lanang, membenarkan kejadian tersebut setelah siswa konsumsi makanan bergizi dan selang beberapa waktu mulai satu dua orang mengalami perut sakit, mual dan diare lalu bertambah menjadi 18 anak dan terus meningkatkan hingga seratus lebih.
Peristiwa dugaan keracunan itu pun menviral yang mengundang banyak reaksi di banyak kalangan masyarakat dan sampai ada warga meminta agar program makanan bergizi ditinjau kembali pelaksanaannya.
Salah satu warga Fatukoa, Ferdy Waris, menyampaikan keprihatinannya. Ia menilai bahwa program ini sebenarnya sangat baik untuk menunjang gizi anak-anak sekolah, namun pengawasan dan pengelolaan di lapangan menjadi titik lemah yang harus dibenahi.
“Program makanan bergizi itu baik, tapi pelaksanaan di lapangan yang perlu diawasi. Pemerintah daerah harus lebih teliti memastikan makanan yang dibagikan memenuhi standar gizi dan layak konsumsi,” tegas Ferdy.
Ferdy juga mengusulkan agar setiap sekolah memiliki tim khusus kesehatan atau laboratorium mini, untuk memeriksa kelayakan makanan sebelum dibagikan kepada siswa.
“Kalau makanan sudah rusak walaupun jumlahnya banyak, sekolah harus tegas menolak. Ini soal keselamatan anak-anak,” tambahnya.
Markus Bureni, warga lainnya yang juga berasal dari Fatukoa, menyampaikan harapannya agar program ini bisa diterapkan secara adil di semua sekolah, termasuk di wilayahnya. Namun ia juga menyoroti masalah akses transportasi dan kerusakan jalan, yang dikhawatirkan dapat memperlambat pertolongan medis jika insiden serupa terjadi di daerah mereka.
“Kami ingin sekolah anak-anak kami juga dapat makanan bergizi. Tapi harus betul-betul diperhatikan kebersihan dan kelayakannya. Kalau sampai kejadian seperti SMPN 8, bisa berbahaya karena kami jauh dari fasilitas kesehatan dan jalan rusak,” kata Markus orang tua siswa warga RT 23, RW 08 Fatukoa.
Sementara itu, ada pula warga yang menyarankan agar program ini dievaluasi menyeluruh, bahkan mengusulkan agar sebagian anggarannya dialihkan untuk kebutuhan pendidikan lainnya seperti pengadaan buku atau program peningkatan kualitas karakter anak.
Peristiwa ini menandai pentingnya pengawasan dan evaluasi pelaksanaan program makanan bergizi gratis di sekolah-sekolah, agar tujuan mulia mencerdaskan anak bangsa tidak justru berbalik menjadi ancaman bagi kesehatan peserta didik. *(go)