Kupang – Dalam upaya menyelamatkan spesies langka kura-kura rote (Chelodina mccordi) dari kepunahan, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur (NTT) bersama Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, Wildlife Conservation Society–Indonesia Program (WCS-IP), Mandai Nature, serta masyarakat lokal melakukan kegiatan soft release sebanyak 10 ekor kura-kura rote ke habitat alaminya di Pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian program konservasi yang meliputi kunjungan lapangan, pemantauan habitat, pelepasan satwa, hingga edukasi masyarakat.
Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala BBKSDA NTT, Adhi Nurul Hadi, S.Hut., M.Sc, kepada media pada Jumat (16/05/2025), yang menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor dalam menyelamatkan satwa endemik dari ancaman kepunahan.
"Kegiatan konservasi ini didukung kunjungan selama empat hari (7–10 Mei 2025) oleh enam orang dari tim Mandai Nature, didampingi oleh tiga perwakilan WCS-IP, "ungkap Kepala BBKSDA NTT Adhi Nurul Hadi.
Disampaikan bahwa hari pertama difokuskan pada peninjauan Instalasi Karantina Hewan (IKH) di bawah Unit Perlindungan Satwa BBKSDA NTT, tempat kura-kura rote dirawat dan dipersiapkan sebelum dilepasliarkan. Tim juga mengadakan diskusi teknis dengan staf BBKSDA dan WCS-IP mengenai strategi pengelolaan dan pelestarian kura-kura rote.
Pada hari kedua, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke Danau Lendeoen dan Danau Ledulu, habitat alami kura-kura rote di Pulau Rote.
"Dalam kegiatan ini, 10 ekor kura-kura rote yang telah melewati proses seleksi ketat kesehatan dan kesiapan, dilepas secara bertahap: masing-masing 5 ekor di dua danau tersebut (8 jantan dan 2 betina)," ujarnya.
Acara pelepasan ini dihadiri oleh Wakil Bupati Rote Ndao, anggota DPRD Provinsi NTT, anggota DPRD Kabupaten Rote Ndao, serta perangkat daerah dan masyarakat setempat. Menurut Kepala BBKSDA NTT bahwa Wakil Bupati dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada semua pihak atas kerja keras dan komitmen dalam konservasi satwa endemik.
Wakil Bupati juga menegaskan komitmen Pemkab Rote Ndao untuk mengembangkan ekowisata dan pemulihan habitat sebagai bagian dari pelestarian jangka panjang.
Adhi Nurul Hadi menjelaskan, tak hanya pelepasan satwa, kegiatan ini juga mencakup monitoring rutin seperti pengukuran kualitas air, pengamatan kondisi fisik kura-kura, eradikasi predator alami, dan patroli ekosistem sekitar danau.
Kegiatan ini melibatkan Kelompok Papadak, kelompok masyarakat lokal yang dibina oleh BBKSDA NTT dan WCS-IP. “Pelibatan aktif masyarakat lokal menjadi kunci keberlanjutan upaya konservasi ini. Kami mendorong model kolaboratif yang memberdayakan komunitas sebagai penjaga habitat dan satwa endemik di wilayah mereka sendiri,”ucapnya.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa konservasi tidak dapat dilakukan secara parsial. Diperlukan sinergi antara pemerintah, LSM konservasi internasional, dan masyarakat lokal.
Dengan pendekatan kolaboratif ini, diharapkan kura-kura rote dapat berkembang biak kembali secara alami di habitatnya, terlindungi dari ancaman seperti perburuan liar, perdagangan ilegal, dan degradasi ekosistem.
"Langkah ini sekaligus memperkuat pesan bahwa konservasi adalah tanggung jawab bersama dan bahwa pelestarian spesies endemik merupakan investasi penting bagi masa depan ekosistem Indonesia." ucap Adhi Nurul Hadi Kepala BBKSDA NTT yang menduduki jabatan ini menggantikan Arief Mahmud. *(go)