Akhir Tahun 2022, Karang Taruna Nibong Sikka Gelar Festival "Mai Tama Natar Sikka"

Sikka, mutiara-timur.com // KARANG Taruna Nibong Sikka, kelompok kaum muda mileneal yang patut diberikan jempol dan apresiatif atas kreativitas dan inovasinya menghidupkan budaya seni yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat Sikka  kurang lebih 40 tahun tergerus dan tenggelam oleh perkembangan zaman. Karena itu di akhir tahun 2022 ini Karang Taruna Nibong Sikka mampu hadirkan sebuah even bermakna berbentuk gelaran "Festival Mai Tama Natar Sikka".

Demikian Honorarius Quintus Ebang,  Ketua Karang Taruna Nibong Sikka dalam rilisnya yang diterima media ini, Jumat (30/12/22) sekitar kurang lebih tiga halaman.

"Kami dari Karang Taruna Nibong Sikka gelar Festival "Mai Tama Natar Sikka"  dalam rangka menghidupkan kembali kegiatan masyarakat di desa ini dulu selalu diakhir tahun mementaskan berbagai even seni budaya setempat. Namun  hal ini sudah puluhan tahun tenggelam. Karena itu kami kaum muda dari karang taruna desa Sikka mengangkat kembali dengan tajuk, " Festival Mai Ita Tama Natar Sikka", Mai Tama Natar Sikka merupakan kata bahasa Sikka yang berarti ajakan untuk masuk atau datang ke kampung Sikka, " ungkap Ketua Karang Taruna Nibong Sikka.

Sebagai kaum muda dari Desa Sikka yang ingin menghidukan kembali kebudayaan itu dengan Festival Mai  Tama Natar Sikka, karena ingin  memperkenalkan kembali tentang Desa Sikka itu.

"Desa Sikka adalah  salah satu desa di Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki kekayaan kebudayaan yang sangat beragam, seperti upacara-upacara adat dari kelahiran hingga kematian, pakaian adat, musik dan tarian, makanan dan obat-obatan tradisional," ungkap Honorarius.

Ia menambahkan, bahwa kebudayaan masyarakat Sikka juga banyak mendapat pengaruh dari tradisi-tradisi Katolik peninggalan bangsa Portugis.

"Portugis zaman dulu pernah masuk di Kampung Sikka sehingga kebudayaan di Sikka juga banyak mendapat pengaruh dari Portugis," ujarnya.

Dijelaskannya, perpaduan antara kondisi alam dan kekhasan budaya membuat Desa Sikka memiliki potensi kekayaan tradisi dan seni budaya yang memiliki karakter tersendiri.

"Perpaduan antara kondisi alam dan kekhasan budaya juga membuat desa Sikka memiliki kekayaan tradisi tersendiri, seperti tenun ikat yang memiliki motif beragam yang indah dan menarik. Dalam bidang seni pentas tarian dan musik tradisional, masyarakat Sikka memiliki beragam alat musik lagu dan tarian tradisional. Semuanya ini mengandung filosofi hidup dan gambaran interaksi sosial yang saling mempengaruhi antara alam dan manusia, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan Sang Penciptanya, " ulas ketua Karang Taruna.

Festival seni budaya  Mai Tama Natar Sikka tersebut menampilkan 4 tarian tradisional, pameran ekraf dan pangan lokal. Tarian yang dipentaskan yaitu tarian Tuku Tena. Eju Koko, Jata Kapa dan tarian Toja Bobu.

"Tarian Tuku Tena merupakan tarian tradisional yang memberikan gambaran dramatis pelaut Sikka dalam dunia maritim yaitu mencari rejeki di atas perahu sambil berdayung dan berdendang. Tarian Eju Koko lahir dari adat perkawinan masyarakat di kampung Sikka.

Tarian Jata Kapa mengangkat kearifan lokal pembuatan ikat tenun Sikka. Selanjutnya tarian. Toja Bobu yang menjadi puncak acara merupakan tarian inkulturasi budaya Portugis yang pemah menginjakan kaki di Sikka. Toja Bobu yang adalah sendratari tersebut mengisahkan kisah seorang putri raja yang dilamar dengan cara diundi oleh 13 pemuda sebagai pengundi yang datang dari berbagai macam profesi," urai Honorarius.

Digambarkannya pula, ke-4 tarian dalam festival sehari itu ditampilkan di 4 tempat yang berbeda-beda oleh masyarakat setempat disebut dengan wisung.

Wisung adalah perkampungan kecil atau wilayah-wilayah kecil di kampung Sikka yang menjadi lokasi kediaman marga atau suku tertentu. Peserta berarak mengililingi kampung Sikka dari satu wisung ke wisung lainnya.

Menurut Honorarius, Ketua Karang Taruna, beberapa tarian diantaranya sudah puluhan tahun tidak dipentaskan lagi, seperti tarian Eju Koko dan Toja Bobu Karena itu, sebelumnya dilakukan pengumpulan data dari buku dan beberapa narasumber yang berpengalaman.

Ketua Karang Taruna Nibong Sikka juga mengatakan,  "festival ini bukan hanya bertujuan untuk mendatangkan wisatawan ke Sikka. Tapi lebih dari itu Festival ini mau mengajak seluruh komponen masyarakat desa Sikka untuk menyadari kekayaan kearifan lokal yang ada di desa, termasuk di bidang seni budaya yang harus tetap dijaga dan diwariskan turun-temurun.

"Kebudayaan bukan sekedar kekayaan yang memiliki nilai jual, tetapi kebudayaan lebih merupakan jati diri masyarakat setempat oleh karena itu harus tetap dijaga. Oleh karena itu kami telah mencananya dan menetapkan, Festival Mai Tama Natar Sikka akan dijadikan festival tahunan oleh Karang Taruna Nibong Sikka. Kami pun menaruh  harapan besar agar Festival ini mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten sebagai bagian pemajuan kebudayaan kabupaten Sikka," pintanya.

Sementara itu, Mikhael Riwu, Kepala Desa Sikka, memberikan aprrsiasinya sebaga Pemerintah Desa dengan menyampaikan, terima kasih kepada Karang Taruna Nibong Sikka yang telah menyelenggarakan festival Mai Tama Natar Sikka. 

la mengaku bangga karena Karang Taruna Nibong Sikka terus berupaya membangun kesadaran masyarakat dan khususnya generasi muda untuk terlibat aktif memajukan desa Sikka melalui bidang kebudayaan.

"Sebaga Pemerintah Desa, kami mengucapkan terimaksih kepada Karang Taruna Nibing Sikka yang telah menyelengarakan festival ini. Kami juga bangga karena festival ini dapat media membangun kesadaran masyarakat, terutama bagi kaum muda bangkit, berpartisipasi aktif memajukan desa ini dengan mengangkat potensi atau kearifan lokal yang di desa kita. Perlu kita ingat,  setiap 26 Desember sebagai tanggal penyelenggaraan festival tidak lepas dari tradisi masyarakat Sikka puluhan tahun lalu melaksanakan pesta dansa dengan menampilkan tarian Toja Bobu di setiap tanggal itu. Tradisi ini kembali dalam bentuk Festival,"ungkap kepala desa dalam sambutannya.

Bernadus Solapung, Ketua Panitia Festival merasa puas dan senang karena penyelenggaraan festival "Mai Tama Natar Sikka" yang pertama kali ini berhasil dilakukan meskipun persiapan cukup singkat.

"Kami merasa puas dan senang, kalau dilihat dari sisi persiapan sangat singkat. Tapi dalam hari pentasan semua berjalan lancar, tertib dan aman. Keterlibatan masyarakat lintas generasi dalam tarian, pameran ekraf dan pangan lokal menandakan dukungan baik dari masyarakat. Ini luar biasa, kekokompakan dan kebersamaan amat penting dalam mensukseskan event seperti ini. Karena itu kami berharap Karang Taruna Nibong Sikka bila kembali melakukan festival di tahun-tahun berikutnya kita pertahankan dan tingkatkan semangat, suportivitas dan kebersamaan untuk Desa Sikka, " ungkapnya. *(go)

Iklan

Iklan