Demikian Bunda Julie, Ketua Dekranasda NTT pada sambutan setelah meresmikan dan menandatangani prasasti Rumah Tenun SMAN 1 hari ini, Senin (14/2/22)
Bunda Julie yang didampingi oleh ibu Sekda Provinsi NTT, para staf dan juga 4 puteri cantik binaan dekranasda provinvi NTT yang telah berprestasi di beberapa even perlombaan di Indonesia pada kesempatan ini menyatakan, kekagumannya pada sekolah yang bukan bilangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
"Saya kagum dengan SMAN 1, Kepala Sekolah dan guru-guru, yang punya semangat dalam hal memotivasi anak-anak untuk mencintai tenun ikat, warisan budaya leluhur kita. Saya mendukung kepala sekolah dengan program tersebut yang sebenarnya kalau dilihat hanya di SMK, tapi di SMAN 1 inovatif dan kreatif mengembangkan skill anak walaupun berupa program ekskul (ekstra kulikuler-red)," ungkap nyonya Gubernur NTT itu.
Julie Ketua Dekrnasda NTT ini juga menyampaikan, Provinsi NTT punya potensi luar biasa, tidak seperti sebelumnya dikenal hanya sebagai gudang olahraga tinju, tetapi ada kemampuan dan ketrampilan lain yang dimiliki anak-anak NTT. Selain itu juga ada potensi budaya peninggalan atau warisan leluhur yang perlu dilestarikan demi kesejahteraan rakyat NTT, seperti budaya tenun dengan 737 motif yang tersebar di seluruh pulau-pulau di NTT.
"Tenun itu budaya kita di NTT. Kita sekarang lagi berkibar karena tenun. Berkibar bukan karena dipromosikan oleh Bunda, tapi karena tenun itu warisan budaya leluhur kita. Ada 737 motif tenun ikat tersebar pada pulau-pulau di NTT. Motif-miotif itu ada bukan karena kemodernan teknologi waktu itu. Para leluhur kita waktu itu, zaman dulu hanya andalkan mata telanjang melihat alam dan fenomena hidup lalu berekpresi menemukan motif untuk menghasilkan kain tenun. Seperti di lembata motif tentang hidup 3 bersaudara, di Sumba ada motif manusia, 2 hamba bersaudara berhadap dengan tuan," ujar Julie.
Karena melihat semangat dan potensi yang dimiliki para siswa untuk belajar tenun dan telah menhhasilkan kainnya dengan motif yang ada, bunda Julie menawarkan agar SMAN 1 Kota Kupang dapat mengakses referensi motif dan literatur narasi tenun yang ada di Dekranasda NTT.
"Dekranasda NTT siapkan referensi diperpustakaan untuk motif dan narasinya. SMA ini bisa ke sana dan lihat tentang motif dan narasi tenun kita di NTT. Ada 737 motif dan ini telah dipatenkan. Semua referensi ada di Kantor Dekranasda," info Julie.
Ketua Dekranasda NTT ini pun menekankan jika benar-benar SMA ini mau berproduksi kain tenun yang bisa dijadikan barang komersial, dan siswa -siswa ke depan sebagai enterpreneur maka perlu memperhatikan aspek kualiatas dan harga. Karena di NTT terlihat penenun adalah penenun. Masyarakat yang produksi kain tenun kurang memperhatikan aspek komersialnya.
Menurut bunda Julie banyak pihak luar mengeluhkan tentang kain tenun dari NTT yang ketebalan dan harga yang terlampau mahal. Karena itu diharapkan agar kain tenun dihasilkan harusnya tidak tebal, halus, lembut dan dipakai tak rasa panas serta harganya harus dibuat dengan analisis pengadaan bahan, proses tenun dan jasa.
"Anak SMAN 1 yang giat ikut tenun dan ada yang mau jadi desiner pakaian untuk keperluan komersial kepala sekolah dan guru perlu mendampingi mereka dengan perhatikan aspek kulitas dan harga. Kulialitas dalam hal kuat, tidak mudah kusut, rusak, jenis kain halus, lembut, sejuk bila dipakai. Dalam hal harga tentu hitungan untuk pengadaan, proses dan biaya jasa, sehingga dapat ditentukan harga untuk dipasarkan. Dekranasda siap membeli bila produksi ada, tapi jasa siswa yang kerja harus patut dihargai," harap bunda Julie.
Julie S. Laiskodat yang sangat piawai mencintai maha karya para leluhur NTT ini, berkehendak agar produksi tenun bisa membawa perubahan ekonomi kekuarga NTT. Dan kepada para siswa yang bergelut dengan tenun tersebut, beliau berjanji menghadirkan desainer dari Jawa dan desainer lokal untuk ke sekolah yang punya rumah tenun ini.
"Saya akan membantu menghubungkan desainer baik lokal maupun dari Jawa agar dapat memberikan pendidkan dan pelatihan bagi siswa-siswa yang sedang mengembangkan skillnya pada bidang tenun tersebut di Sekolah ini," niat bunda.
Pada kesempatan ini juga Julie Laiskodat, anggota DPR RI dari Partai Nasdem itu menyerahkan alat tenun dan memberikan bantuan 100 kepala benang sebagai bahan dasar kain, dengan harapan agar bisa dihasilkan 10 lembar kain berukuran besar.
Beliau bersedia, bahwa melalui Dekranasda NTT akan dibeli hasil kain tersebut. Uang hasil jualan itu bisa dijadikan modal peningkatan produksi kain kembali setelah dipotong biaya jasa bagi siswa penenun pada rumah tenun SMAN 1 tersebut.
Perlu diketahui bahwa sebelum bunda Julie memberikan sambutan, Kepala Sekolah SMAN 1, Marselina Tua dalam penyampaiannya menuturkan, "Saya terinspirasi dengan pernyataan Pak Gubernur ketika mengunjungi masyarakat mengatakan, perempuan kalau belum tahu menenun sebaiknya jangan menikah. Pernyataan ini yang menggelitik dan mendorong saya untuk bersama para guru mengambil kebijakan memasukan kegiatan tenun masuk sekolah melalui program ekstrakurikuler."
Kepala Sekolah, Marselina pun meneruskan, bahwa mereka punya kehendak untuk para siswa bisa melestarikan tenun ikat sebagai generasi penerus sekaligus peluang berjiwa wirausaha. Maka rencana akan menjadikan tenun sebagai mata pelajaran muatan lokal. Walaupun kini mereka di Sekolah ini tentu berhadapan dengan masalah ruangan nanti jika ada rombongan belajar. Karena itu dengan kunjungan dan peresmiaan rumah tenun SMAN 1 oleh Bunda Julie Laiskodat bisa ada harapan solusi dari pemerintah.
Siswa SMAN 1 Kota Kupang yang lagi belajar tenun berjumlah 36 orang. Dalam mengerjakan tenun mereka terbagi dengan peran masing-masing. Ada yang mengguling benang, ada merentang, ada mengikat motif dan ada yang menenun.*(go)