PDP Kota Kupang Meninggal Dikuburkan dan Dibiarkan Tanpa Penutupan Liang Lahat Selama Satu Jam


KUPANG,MT.NET- INFO tentang adanya satu lagi Pasien Dalam Pemantauan, PDP Kota Kupang yang meninggal dibenarkan oleh dokter Dominikus Minggus Mere ketika memberi keterangan pers hari ini Senin (25/05). 

"Awalnya PDP itu menderita struk. Sampelnya baru diambil dan diperiksa, apakah positif atau negatif. Nanti akan kami umumkan," kata dokter Domi Kadis Kesehatan Provinsi NTT
saat mengumumkan perkembangan kasus covid-19 positif di NTT dan sempat sisipkan info meninggalnya 1 orang PDP tersebut. 

Meninggalnya PDP tersebut berarti jumlah PDP di Kota Kupang yang meninggal tercatat hingga kini 4 orang. Sementara berdasarkan data gugus tugas Kota Kupang PDP itu ada 22 orang, 10 sembuh, 4 meninggal dan 8 masih dirawat di rumah sakit.

Khusus untuk pasien yang meninggal baik karena terjangkit virus coroa ataupun ODP dan PDP dalam prosesi pemakaman
tentu ada protap khusus, seperti setelah meninggal sampai pada pemakaman  limit waktu  sudah ditentukan, tak boleh lebih dari satu hari. 

Hal tersebut pun telah dilakukan selama ini di Kota Kupang pada 1 orang pasien positif covid-19 dan 3 pasien  PDP. Ini realita yang terjadi sebelumnya. Namun menjadi lain perlakuan dengan seorang pasien PDP yang meniggal pada Senin(25/05). 
Dalam sebuah video berdurasi 2,02 menit yang lagi viral sungguh terlihat sebuah  perlakuan yang kurang berkenan pada prosesi pemakaman. 

Setelah peti jenazah di dalam kubur  berdasarkan dari video itu dibiarkan liang lahat kurang lebih selama satu jam  tidak ditutup. Petugas atau Tim TPU Fatukoa yang seharusnya mentutup kubur tidak ada ditempat karena tidak berani melakukan penguburan.

Di tempat pekuburan itu juga tidak terlihat alat-alat, seperti sekop atau pacul untuk menutup lubang kubur itu.  Beruntung ada tim relawan pengusung peti yang masih di tempat itu. Tim relawan yang tugasnya hanya mengusung peti terpaksa mereka turun tangan. 

Setelah menunggu hampir sejam lebih mereka lalu mencari sekop di warga bakunase dan diperoleh sekop dari Yeskhiel Loedoe, Ketua DPRD Kota Kupang. 

Dengan adanya sekop tim relawan sendiri yang menutup liang lahat itu. Tidak ketinggalan pula seorang pendeta pewakilan dari Sinode GMIT yang memimpin ibadah penguburan turut memegang sekop dan mendorong tanah ke kubur itu. 
Tak heran dari situasi seperti yang ada, salah satu tim relawan yang merekam video kejadian ini  berkomentar dalam kesal dan meminta perhatian pemerintah Kota Kupang.

"Mohon bpk. Walikota membantu kami, karena dalam proses urusan pemakaman ini koordinasi pun terlalu  banyak berbelit-belit bahkan petugas pun saat dihubungi tidak dapat terhubungi. Bahkan satu orang  pegawai UPT Pemakaman pun  tidak ada di tempat kuburan," ujar orang yang bersuara dalam video tersebut.

Keluhan ini tentu beralasan, karena bagaimana pun semua tim harus kerja sesuai bagiannya masing-masing. Ketidakhadiran petugas pemakaman dengan alasan tak berani melakukan penguburan membuat ada warga yang tak mau disebutkan namanya, memberi komentar apakah masalah karena anggaran. Sampai bisa terjadi seperti ini  terhadap pemakaman PDP itu. Pada hal anggaran itu saat zoom meeting dengan Stake holders tanggal 01 Mei 2020 dialokasikan 48,5 M yang disampaikan Jubir Covid-19 Kota Kupang.***







Iklan

Iklan