THOMAS DIDIMUS SIMBOL PENGAMPUNAN YANG MEMERDEKAKAN (Refleksi Minggu Kerahiman Ilahi)

Oleh Germanus S. Attawurur

KUPANG,MT.NET - SUASANA sesudah Kebangkitan Kristus yang mustinya membuat kita masih terlarut di dalam sukacita, ternyata di luar dari kebiasaan. Kita semua, tanpa kecuali masih dirundung oleh kecemasan dan bahkan ketakutan akan ancaman pandemi Corona virus yang masih saja terus mewabah. Kecemasan dan bahkan ketakutan yang kita alami ini kurang lebih sudah pernah dialami oleh para rasul Yesus, sebagaimana yang diceriterakan dalam injil pada hari Minggu Kerahiman ini. Murid-murid berkumpul di suatu tempat pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Injil Yohanes menulis :”Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu! Damai sejahtera bagi kamu!”

Sangat manusiawi bila Petrus dan kawan-kawan dibaluti kecemasan bahkan ketakutan mendalam terhadap orang-orang Yahudi. Karena mereka melihat sendiri, bagaimana Yesus yang dianiaya dengan sangat kejamnya oleh para algoju hingga wafat di salib. Karena itu mereka memilih untuk selalu tinggal di dalam rumah. Rumah menjadi pilihan aman untuk menenangkan kecemasan dan ketakutan. Rumah juga menjadi tempat doa. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa, sebagaimana dilukiskan dalam Kisah Para Rasul bab 2:42b, dalam bacaan I. Memecahkan roti dan berdoa, adalah kebiasaan yang mereka selalu lakukan bersama Yesus, ketika Yesus masih bersama mereka. Maka tindakan memecahkan roti dan berdoa adalah aktualisasi dari perintah Yesus, pada saat Malam Perjamuan Terakhir:” Lakukan Ini, sebagai Kenangan Akan Daku (Luk. 22: 19 bdk. 1 Kor. 11:24). Sebagai kenangan mereka Guru dan Tuhan, mereka memecahkan roti dan berdoa dalam keheningan pada sebuah ruangan yang terkunci rapat.

Pada situasi seperti inilah, tanpa diduga, Yesus Guru dan Tuhannya datang menjumpai mereka dan berseru:” Damai sejahtera bagi kamu! “ Ini sapaan khas Yesus. Karena itu muridmurid-Nya langsung bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Sapaan itu segera diikuti dengan pengutusan:” Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu. Kemudian Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya akan diampuni.” Mandat pengutusan para rasul disertai dengan jaminan penyerataan Roh Kudus. Roh yang menghalau ketakutan. Roh yang memberikan kekuatan, serta roh yang memberikan pengampunan.”-Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya akan diampuni-. 

Kuasa pengampunan yang diterimakan Yesus kepada para rasul sejalan dengan Minggu Kerahiman yang semestinya dirayakan hari ini. Minggu Kerahiman ditetapkan pada tanggal 30 April 2000, oleh Paus Yohanes Paulus II melalui pengumumannya bahwa Hari Minggu Paskah II dirayakan sebagai Hari Minggu Kerahiman Ilahi. Paus Yohanes Paulus II, bahkan sampai saatsaat terakhir hidupnya pada tanggal 2 April 2005, beliau menuliskan pesan kepada dunia. Isi pesan ini kemudian diumumkan pada saat doa Angelus pada hari Minggu Kerahiman Ilahi, 3 April 2005. Pesan itu berbunyi: "Sebagai karunia kepada umat manusia, yang kadang tampak bingung dan terdesak oleh kuasa kejahatan, egoisme, dan ketakutan, Tuhan yang bangkit menawarkan kasih-Nya yang mengampuni, mendamaikan, dan membuka kembali hati bagi kasih. Inilah sebuah kasih yang mempertobatkan hati dan memberikan damai. Betapa dunia perlu mengerti dan menerima Kerahiman Ilahi!” 

Saudara-saudaraku yang berada di rumah-rumah yang terkasih dalam Kristus yang bangkit, Kerahiman Ilahi, adalah wujud tak terbantahkan tentang belaskasih untuk keselamatan manusia secara paripurna. Keselamatan yang paripurna bagi manusia harus terus-menerus berjalan hingga akhir zaman. Maka Yesus Kristus setelah bangkit Dia harus menjumpai muridmurid-Nya untuk mengutus mereka ke seluruh dunia:” Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Tugas pengutusan pewartaan yang berciri khas pengampunan, sehingga Yesus berkata kepada mereka :” Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya akan diampuni.” Mengapa pengampunan ini mewarnai perutusan para rasul? Karena Yesus yang tahu pasti hati para murid-Nya. Mereka masih mendendami kejahatan orang-orang Yahudi yang menyiksa Gurunya hingga wafat di kayu salib. Lebih jauh dari itu, secara universal manusia di segala zaman, masih terlilit dengan kedagingannya, dengan dosa-dosanya. Karena itu warta pengampunan menjadi pintu masuk untuk mewartakan Yesus yang bangkit. Maka pengampunan serentak menggambarkan Wajah Kerahiman Ilahi, Wajah Belas Kasih Tuhan bagi manusia. Pengampunan tiada pamri tertentu. Pengampunan yang tiada bisa ditakar karena pengampunan Tuhan adalah pengampunan yang memerdekakan, yang harus dimulai dalam diri para rasul, yang diwakili oleh Thomas yang masih kurang percaya karena masih terbelunggu rasa cemas dan takut, sehinggan dengan nacuh tak aku dia berkata: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya. Thomas sungguh dililiti kecemasan dan ketakutan yang kuat membuat membuat imannya akan kehadiran Yesus tergoyahkan. 

Yesus tidak tunggu lama-lama, membiarkan Thomas tenggelam tak berdaya dalam kebimbangan dan kerapuhan imannya akan DIA. Karena itu Dia berinisiatif menjumpasi mereka sekali lagi. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengahtengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu! Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Thomas Didimus menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku (Yoh. 20:27-28). 

Jika Yesus berpikiran seperti kita manusia, - akh mau peduli apa dengan Thomas itu. Persetan dengan dia. Mau buat apa dengan dia, tokh dia cuma satu orang saja. Kenapa juga perduli dengan dia!? – Tetapi pikiran kita bukanlah jadi barometer pikiran Yesus. Yesus yang adalah Guru dan Tuhan itu punya pikiran sendiri. Bagi Yesus, penyelamatan manusia secara utuh paripurna, itu misi mulia-Nya. Karena itu, Dia harus beri kepastian pada Thomas. Dia harus yakinkan Thomas dengan kata-kata yang pernah juga didengarkan oleh Thomas kala Yesus ada bersama mereka:” Damai Sejahtera Bagi Kamu!” Maka kata-kata ini adalah penghalau keraguan, tetapi secara implisit adalah juga kata-kata pengampunan Yesus kepada Thomas. Jadi kata-kata “Damai Sejahtera Bagi Kamu,” sejatinya adalah kata-kata pengampunan yang memerdekakan Thomas. Keragu-raguannya lenyap seketika. Sikap skeptis/acuh tak acu pun hilang. Ketakutannya luruh. Yang tergantikan kini adalah sukacita dan keberanian. Sukacita atas sebuah pengampunan yang tiada bertepi. Dan keberanian untuk mengampuni orang lain, sebagai wujud dari Wajah Allah yang Maha Rahim. Kita, ibarat para murid Yesus. Masih terkungkung dalam kecemasan, terbelenggu dalam ketakutan oleh karena corona virus. Musuh yang tidak kelihatan itu kapan saja dapat mematikan manusia, bila tidak taat pada protokoler pemerintah:” Di rumah saja, jaga jarak dan selalu gunakan masker.” Walau kita di rumah, kita kadang dirundung cemas, bahkan didera rasa takut. Dalam situasi seperti inilah Yesus hadir secara rohani dalam Sabda-Nya dalam Injil:” Damai Sejahtera bagi Kamu.” Maka kita harus sadar, -sesadar-sadarnya – bahwa Yesus sungguh hadir sekarang ini – kini dan di sini – Dia hadir untuk menghalau kegelisahan dan ketakutan kita. Dia juga hadir untuk mengutus kita. Pengutusan kita adalah pengutusan yang membawa sukacita dan pengampunan. Pengampunan akan melahirkan kemerdekaan manusia. Manusia yang merdeka adalah manusia yang percaya sekaligus bersukacita dalam Kasih dan Kerahiman Sang Ilahi. Dalam sukacita kerahiman Allah itu lah bersama Petrus kita berseru:” Terpujilah Bapa dan Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar, telah melahirkan kita kembali, oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan (1 Pet.1:3).” 

Iklan

Iklan