Covid -19 Menghadirkan Habitus Baru, ETIKA Terus Beraksi Memberi Bantuan MCT




KUPANG,MT.NET Perang melawan Corona Virus, Covid-19 terus gencar dilakukan saat ini. Corona Virus   Disease (Covid-19) merupakan  virus yang ganas dan mematikan serta tak kenal waktu terus mengancam setiap nyawa manusia. Dari hari ke hari rilis media massa soal jatuhnya korban  karena serangan Covid-19  terlihat cenderung meningkat, walaupun ada yang dapat disembuhkan berkat tangan para medis.
Di Indonesia misalnya, hasil data Gugus Tugas Covid-19 Nasional pada jam 15.17 hari ini dari berita TransTv ada 2273 kasus, sembuh 164 dan meninggal 198 Dalam sikon seperti tersebut pemerintah Indonesia pun tak  tinggal diam selalu menghimbau agar masyarakat tetap mematuhi aturan yang ditetapkan. Sampai dengan tanggal 5 April 2020 kemarin,  Pemerintah telah mengumumkan untuk setiap warga negara wajib memakai masker.
Di NTT walapun masih pada status negatif namun perhatian pemerintah setempat juga  amat serius mengharapkan masyarakat patuh atau taat pada aturan. Kepedulian itu bahkan juga turut menarik perhatian masyarakat, seperti warga Etnis Tionghoa Kupang (ETIKA ) sejak dua minggu lalu berkecimpung dengan kesibukan membantu pemerintah melawan Corona Virus di Kota Kupang. ETIKA terlibat menyiapkan bantuan berupa fasilitas kesehatan, antara lain Menara Cuci Tangan(MCT),  berbagai jenis APD, hand sanitizer, dan vitamin.
Hari ini di minggu ketiga Senin,(06/04) ETIKA kembali menurunkan bantuan pada 7 Puskesmas, Kupang Kota, Bakunase, Naioni, Penfui, Oesapa, Alak, Manutapen dan Oepoi. Bantuan fasilitas kesehatan itu diserahkan oleh Ketua Panitia ETIKA Theodorus Widodo, dan anggota David Kenenbudi, Edy Lau dan dr. Kevin Jodjana.

Ketua Panitia dan anggota ETIKA dalam memberikan bantuan  mengharapkan semoga bermanfaat bagi para dokter dan tenaga medis dalam berkarya melayani masyarakat dengan mentalitas  dan semangat yang tinggi terutama menyiapkan diri menangani corona virus. Karena mereka pemeran utama, lini terdepan bila ada pasien tertular covid-19. ETIKA juga berpendapat, bagi warga terutama dengan adanya menara cuci tangan dan pemakaian masker bisa menjadi kebiasaan yang membudaya ke depan dalam menjaga kesehatan diri. Bahkan warga di rumah masing - masing bisa memiliki wadah cuci tangan  baik untuk keluarga, maupun untuk tamu yang datang.
Pendapat ETIKA boleh dibilang mengandung makna perilaku pencegahan Covid-19 menjadi habitus baru bagi masyarakat di Kota Kupang dan NTT. Sebuah peradaban dalam perilaku menjaga jarak, melindungi diri sendiri dan diri orang lain sebagaimana di dunia ini yang terlihat pada kebiasaan orang Jepang. Orang Jepang dalam  media sosial  WA yang diperoleh media mutiara timur tercatat enam puluh persen orang Jepang memakai masker saat mereka keluar atau berpergian. Sejak kecil sudah dilatih kebiasaan ini.

Kebiasaan lain dari orang Jepang adalah menjalani kehidupan berdasarkan prinsip tidak boleh mengganggu orang lain, tidak berjabatan tangan tetapi menundukan kepala untuk menyapa orang lain,mencuci tangan dengan sabun dan hand sanitizer, membawa tisu basah untuk membersihkan tangan saat keluar, dan terbiasa menjaga jarak dengan siapa saja. Inilah sebuah habitus peradaban di Jepang dan walaupun sejak Januari 2020 pandemik covid-19 mengancamnya, Kota Tokyo dengan penduduk terpadat di Jepang semua aktivitas pemerintahan, ekonomi, pendidikan tetap berjalan.
Kebiasaan pencegahan dan menjaga kesehatan warga di negara sakura itu kini di Indonesia dalam upaya melawan corona virus untuk memutuskan mata rantai sebarannya pun telah diwajibkan untuk diikuti masyarakat. Di  Kota Kupang, NTT juga terus dihimbau pemerintah. Dan perilaku tersebut bila ditaati, pertanyaannya apakah dengan upaya mencegah corona virus melalui cara-cara tersebut bisa menjadi habitus peradaban kita ke depan? Belum bisa dijawab saat ini, sebab fokus jangka pendek masih pada perang terhadap corona virus.

Lalu dalam jangka panjangnya, hal itu bisa memungkinkan, sebab yang akan dimulai adalah dari rumah sakit atau puskesmas, sebagaimana dr.Dian Sukmawati Kepala Puskemas Bakunase, mengatakan, "tandom atau tower cuci tangan merupakan fasilitas yang membantu PHBS, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. PHBS sudah lama seharusnya diterapkan tetapi keterbatasan fasilitas sehingga kurang dimanfaatkan. Tetapi dengan dukungan seperti ini akan dimaksimalkan pemanfaatannya."
dr.Dian menambahkan, "walapun sekarang titik berat pemanfaatan lebih diorientasikan pada pandemiknya Covid-19 sebagai langkah pencegahan. Namun dari sekarang kita akan berlakukan untuk dipakai bagi setiap warga atau pasien yang datang berobat dan sampai kedepan akan terus dilakukan menjadi kebiasaan di puskesmas ini."

Pandangan serupa juga terungkapan oleh dr. Frans Kepala Puskesmas Naioni, dr. Maria Stefani Kepala Puskesmas Penfui, drg.Santy Ndaumanu, Kepala Puskemas Oesapa, dr.Panondang Panjaitan Kepala Puskesmas Alak, drg.Hariyono, Kepala puskesmas Manutapen, dan dr. Nurdiana Nurdin Kepala Puskesmas Oepoi.
Pendapat para kepala puskemas pada prinsipnya dukungan fasilitas cuci tangan akan tetap dan terus diberlakukan menjadi sebuah pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Bahkan bakal secara regenerasi dibiasakan.

Pada sisi lain soal Alat Pelindung Diri, APD oleh para dokter yang menerima bantuan ETIKA hari ini mengatakan, bahwa kebutuhan APD bagi para dokter atau tenaga medis masih kurang, karena APD umumnya sesuai protap hanya dapat dipakai sekali setelah menangani pasien Covid-19. Jadi harapannya perlu adanya dukungan yang lebih maksimal baik secara  kuantitatif maupun kualitatif kebutuhan APD.
Dari segi persiapan para medis sebagai garda terdepan melawan Covid-19 maka sesuai SOP telah di bentuk Gugus Tugas dan Ruangan khusus pasien corona virus pun telah tersedia pada setiap pukesmas yang ada di Kota Kupang***

Iklan

Iklan