Gubernur NTT: Grand Design Pendidikan dan Kebudayaan Fokus Karakter, Kemampuan Literasi dan Numerasi Anak




Kupang, mutiaratimur.net
Dinas Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengadakan konsultasi publik untuk menyampaikan langkah-langkah strategis dalam Grand Design tersebut kepada seluruh pemangku kepentingan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota serta lembaga swasta. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, (10/12) di Aula Fernandez, Kantor Gubernur Nusa Tenggara Timur, konsultasi publik  dihadiri  Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur, Victor Bungtilu Laiskodat, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Benyamin Lola, sejumlah pejabat di lingkup Pemerintah Provinsi NTT, kepala daerah beberapa kabupaten di NTT, DPRD Provinsi NTT, serta perwakilan dari sejumlah LSM.

Dalam arahan pembukaannya, Gubernur Victor mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya pembangunan manusia yang membutuhkan waktu tidak singkat. Namun menurutnya, pendidikan adalah kunci pembangunan di segala bidang. “Membangun manusia (pendidikan) itu lama. Karenanya tidak banyak yang tertarik. Tapi tanpa pendidikan, pembangunan lainnya tidak berarti,” katanya.

Lebih lanjut, Gubernur Victor menginginkan agar Grand Design ini berfokus pada pembangunan karakter anak didik dan peningkatan kemampuan literasi serta numerasi. Menurutnya, kemampuan membaca dan berhitung adalah dua kemampuan yang wajib dimiliki oleh anak-anak khususnya di jenjang pendidikan rendah sehingga mereka bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan lebih baik.



Keinginan Gubernur Victor dijawab oleh Kadis Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Benyamin Lola. Dalam pemaparannya, Kadis Benyamin menyampaikan bahwa kebijakan strategis dalam Grand Design terdiri dari 21 sasaran dan terbagi ke dalam empat fokus yaitu 1) mengurangi kesenjangan akses layanan pendidikan, 2) peningkatan mutu pembelajaran untuk menghasilkan lulusan yang produktif, 3) penguatan pendidikan karakter, dan 4) penguatan tata kelola untuk menguatkan proses pembelajaran.

Benyamin juga mengungkap alasan penyusunan Grand Design. Hasil belajar rendah, lambatnya anak menyelesaikan sekolah, tingkat mengulang yang tinggi di kelas, tumbuh kembang anak yang terganggu, serta anak penyandang disabilitas yang belum mandiri adalah sejumlah masalah yang kini dihadapi oleh lebih dari 1.35 juta anak yang bersekolah di NTT. Anak-anak ini akan memasuki usia produktif (15-64 tahun) pada tahun 2020 sehingga perlu dipersiapkan dengan baik.

“Grand Design Pendidikan dan Kebudayaan disusun sebagai salah satu upaya untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan di NTT agar peluang bonus demografi bisa dimanfaatkan dengan baik,” kata Benyamin.
Grand Design berupaya untuk menyelaraskan penyiapan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan pembangunan NTT ke depan, menuju NTT Bangkit, NTT Sejahtera. Oleh karena itu, Grand Design ini diharapkan dapat menyatukan visi besar nasional, provinsi, kabupaten dan kota dalam hal pendidikan.

Penyusunan Grand Design melibatkan berbagai pihak yang salah satunya adalah Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia atau INOVASI. INOVASI merupakan program kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan Australia yang bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa kelas awal, terutama dalam hal kemampuan literasi dan numerasi, serta pendidikan inklusif.

INOVASI bekerja langsung dengan memperkuat kapasitas Fasilitator Daerah (Fasda) yang direkrut dari guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah setempat yang mempunyai kemampuan lebih dalam bidangnya dan mampu menjadi fasilitator. Tujuannya adalah ketika program INOVASI berakhir; Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan memiliki tim Fasda yang memiliki kapasitas untuk melakukan pelatihan peningkatan kapasitas guru berkelanjutan melalui Kelompok Kerja Guru (KKG).

Gubernur Victor dalam keterangannya usai memberikan sambutan, menyatakan apresiasinya kepada tim INOVASI yang berperan aktif dalam penyusunan dokumen Grand Design ini. “Ya, itu kita membutuhkan. Dia (INOVASI) sendiri sudah 2 tahun terlibat di NTT, dan tentunya memberikan kita banyak pikiran-pikiran sehingga (kita) mampu bersinergi untuk mendesain, merencanakan pembangunan pendidikan di NTT yang lebih baik, lebih komprehensif,” katanya.



Selanjutnya, Grand Design ini akan dituangkan kedalam langkah-langkah teknis implementasi dalam peta jalan (Roadmap). Terkait hal ini, Direktur Program INOVASI, Mark Heyward berharap agar Grand Design ini dapat dimiliki bersama oleh para pemangku kepentingan dan dapat diimplementasikan. “Saya harap Grand Design Pendidikan dan Kebudayaan ini menjadi milik bersama terutama pemerintah daerah di tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota. Namun yang terpenting adalah Grand Design ini bisa diimplementasikan dan dijabarkan dalam peta jalan (Roadmap) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sampai ke tingkat sekolah dan interaksi di kelas,” terangnya di akhir acara konsultasi publik. (***Inovasi.

Iklan

Iklan