Dari Sampah Jadi Cinta Lingkungan: Gerakan 3R Kupang Bangun Karakter Anak Sejak Dini

Advetorial 

Kupang - Kota Kupang kini tak hanya dikenal karena panas mataharinya, tetapi juga karena semangat hijaunya. Di ruang-ruang kelas dan halaman sekolah, tumbuh kesadaran baru mencintai bumi melalui langkah kecil: Reduce, Reuse, Recycle (3R).

Program ini digagas Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Kupang bersama Dinas Pendidikan, menyasar siswa SD hingga SMP agar sejak dini mereka paham, sampah bukan sekadar kotoran, tapi sumber pembelajaran karakter dan kreativitas.

 “Kalau anak-anak sudah terbiasa menjaga lingkungan, mereka akan tumbuh jadi generasi yang bertanggung jawab,” ujar Kepala DLHK Kota Kupang penuh keyakinan.

Sekolah Jadi Laboratorium Kecil Pengelolaan Sampah

Di SD Inpres Bertingkat Perumnas 3, Kelurahan Nefonaek, Kepala Sekolah Elisabeth Remung menjadi garda depan dalam mewujudkan sekolah ramah lingkungan.

Ia bercerita, berbagai sosialisasi dari Pemkot dan DLHK telah menyalakan semangat baru bagi para guru dan murid.

 “Sosialisasi dari Bapak Wali Kota di Hotel Neo by Aston kami tindak lanjuti langsung di sekolah,” katanya tersenyum.

Kini, setiap kelas memiliki tim kebersihan, lengkap dengan sistem piket harian. Tempat sampah terpilah berdiri di titik strategis — depan aula, dekat perpustakaan, hingga kantin. Di atasnya terpampang poster edukatif bertuliskan “Buanglah Sampah Sesuai Jenisnya.”

Anak-anak diajak memilah sampah dan memanfaatkan barang bekas menjadi karya. Dari botol plastik lahir pagar sudut baca, dari jerigen bekas tercipta hiasan kelas yang berwarna-warni.

 “Anak-anak senang karena mereka merasa punya peran menjaga lingkungan,” tutur Elisabeth.

Tantangan di Balik Semangat

Namun, perjuangan tak selalu mulus. Masalah klasik muncul: belum tersedia tempat pembuangan akhir di tingkat RT dan kelurahan.

Sampah yang sudah dipilah kadang tak punya tempat berlabuh. “Bahkan pernah anak-anak disuruh bawa kembali ke sekolah,” ujar Elisabeth lirih.

Meski demikian, semangat tak surut. Setiap pagi, kendaraan dinas kebersihan tetap datang menjemput sampah di gerbang sekolah.

Sekolah juga punya program Bank Sampah mini — hasil penjualan sampah digunakan kembali untuk membeli alat kebersihan atau menghias taman.

 Kolaborasi Sekolah dan Masyarakat: Jadi Contoh Inspiratif

Di SD Negeri Tuak Daun Merah (TDM), Kepala Sekolah Erlyn Susana memastikan program kebersihan bukan sekadar rutinitas, tapi budaya.

 “Kami sudah lama menerapkan piket harian, Jumat Bersih, bahkan kolaborasi dengan warga sekitar dan tokoh agama,” ujarnya bangga.

Sekolah menggandeng warga lingkungan TDM 1 hingga TDM 5, termasuk pengurus masjid dan gereja, menciptakan harmoni antara pendidikan dan kehidupan sosial.

DLHK sebagai penggerak pun turun tangan dengan memberi alat daur ulang sederhana serta pelatihan bagi guru pendamping.

Data DLHK mencatat, sekolah-sekolah yang aktif menerapkan 3R mampu mengurangi volume sampah hingga 35 persen dalam tiga bulan.

Kupang kini bukan sekadar kota yang bersih tapi tempat tumbuhnya generasi yang mencintai bumi, dimulai dari ruang kelas kecil dan sejumput sampah yang diolah dengan cinta. *(go)





Iklan

Iklan