Andreas Mangun: Dari Pensiunan Angkasa Pura Menjadi Penggerak Pengelolaan Sampah Bernilai Ekonomi di Kota Kupang

Advetorial 

Dari pensiunan Angkasa Pura menjadi penggerak lingkungan, Andreas Mangun membuktikan bahwa kepedulian terhadap sampah dapat membawa perubahan nyata. Bersama warga RT 6 dan RT 7 Kelurahan Penfui, ia berhasil mengubah sampah rumah tangga menjadi sumber tabungan dan kesejahteraan baru melalui Bank Sampah Mutiara Timor.

Kupang — Kepedulian terhadap lingkungan tidak mengenal usia maupun profesi. Itulah yang ditunjukkan oleh Andreas Mangun, seorang pensiunan Angkasa Pura yang kini aktif menjadi pelopor gerakan pengelolaan sampah di lingkungan tempat tinggalnya, RT 6 dan RT 7 Kelurahan Penfui, Kota Kupang.

Perjalanan Andreas dimulai sejak 28 Agustus 2024, ketika ia bersama beberapa warga memulai kegiatan sederhana: memilah dan menimbang sampah rumah tangga. Saat itu, hanya delapan kepala keluarga (KK) yang terlibat. Namun seiring waktu, kesadaran masyarakat tumbuh pesat. Kini sudah ada 36 KK yang aktif menjadi nasabah Bank Sampah Mutiara Timor.

“Waktu pertama kali kami mulai, banyak yang ragu. Tapi setelah melihat hasilnya, warga lain jadi tertarik. Sekarang hampir semua rumah tangga ikut memilah dan menabung sampah,” tutur Andreas dengan semangat.

Setiap bulan, kegiatan penimbangan dilakukan secara rutin. Sampah yang telah dikumpulkan dipilah berdasarkan jenisnya, kemudian ditimbang dan dicatat dalam sistem Bank Sampah Mutiara Timor. Hasilnya tidak sekadar kebersihan lingkungan, tetapi juga nilai ekonomi yang nyata. Hingga saat ini, total sampah yang telah dikelola mencapai lebih dari 7 ton, dengan perputaran dana mencapai sekitar Rp10 juta di masyarakat.

Menurut Andreas, sistem Bank Sampah ini memberikan kemudahan bagi warga. Hasil penimbangan bisa langsung ditukar dengan uang tunai atau disimpan sebagai tabungan. “Ada warga yang menabung sampai jutaan rupiah. Kalau mau ambil, bisa langsung ke Bank Sampah atau ditransfer ke rekening, hanya dalam beberapa menit uang sudah masuk,” jelasnya.

Tak hanya soal ekonomi, gerakan ini juga menciptakan ikatan sosial baru di tengah masyarakat. Saat perayaan 17 Agustus 2025, Bank Sampah Mutiara Timor turut berpartisipasi dengan memberikan bingkisan motivasi kepada para nasabah aktif. Dua warga bahkan mendapat penghargaan khusus karena mampu mengumpulkan lebih dari 1 ton sampah per orang.

“Kegiatan seperti ini bukan sekadar bersih-bersih, tapi juga menumbuhkan kebersamaan dan kepedulian. Anak-anak pun belajar bahwa sampah bisa bernilai bila dikelola dengan benar,” ungkap Andreas.

Ia berharap gerakan yang dimulai dari dua RT ini dapat menjadi inspirasi bagi wilayah lain di Kota Kupang. “Kami ingin menanamkan pola pikir baru: sampah bukan masalah, tapi peluang. Kalau semua bergerak bersama, Kupang pasti bisa lebih bersih, sehat, dan berdaya,” pungkasnya. **(go)





Iklan

Iklan