Kota Kupang – Dalam upaya menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan hijau, SD Inpres Bertingkat Perumnas 3, yang berlokasi di Kelurahan Nefonaek, terus menggalakkan edukasi dan aksi nyata dalam pengelolaan sampah. Hal ini disampaikan oleh Kepala Sekolah, Elisabeth Remung, S.Pd, kepada media pada Selasa (3/6/2025).
Menurut Elisabeth, kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah telah ditanamkan melalui berbagai sosialisasi yang diterima pihak sekolah, baik dari Wali Kota Kupang maupun Dinas Lingkungan Hidup, dalam beberapa kesempatan. "Sosialisasi dari Bapak Wali Kota beberapa waktu lalu di Hotel Neo by Aston kami tindak lanjuti langsung di sekolah," ungkapnya.
Sekolah telah membentuk tim kebersihan yang terdiri dari guru dan siswa dengan sistem piket harian. Selain itu, tersedia beberapa tempat sampah terpilah yang diletakkan di area strategis seperti depan aula, samping perpustakaan, dan dekat kantin. Di atas setiap tempat sampah ditempelkan poster edukatif bertuliskan "Buanglah Sampah Sesuai Jenisnya" guna mengingatkan siswa untuk memilah sampah organik, anorganik, dan daur ulang.
“Anak-anak kita didik untuk memilah sampah, dan bahkan sebagian sudah memanfaatkan barang bekas seperti botol dan jerigen untuk membuat pagar sudut baca atau hiasan kelas,” tambah Elisabeth.
Namun, upaya sekolah tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah belum tersedianya tempat pembuangan akhir di tingkat RT dan kelurahan. Elisabeth menyebut sudah berkoordinasi dengan pihak RT setempat, namun sistem pengangkutan sampah masih belum optimal. "Sampah yang sudah dipilah anak-anak kadang tidak ada tempat buangnya di RT maupun kelurahan, bahkan pernah disuruh bawa kembali ke sekolah," jelasnya.
Meski demikian, pengelolaan sampah tetap berjalan. Setiap pagi, kendaraan pengangkut dari dinas kebersihan akan datang mengambil sampah dari gerbang sekolah, meskipun tidak selalu tepat waktu.
Selain mendaur ulang, sekolah juga pernah memiliki program seperti lomba kebersihan kelas menjelang 17 Agustus dan kegiatan jual beli sampah melalui program sejenis Bank Sampah, di mana hasilnya digunakan kembali untuk kebutuhan sekolah.
Dengan jumlah 174 siswa dan 21 tenaga pendidik, Elisabeth berharap edukasi lingkungan ini tidak hanya menciptakan sekolah yang bersih dan hijau, tetapi juga menumbuhkan kebiasaan baik yang akan terus melekat dalam kehidupan anak-anak. *(go)