Gugat Nurani Penuh Haru, Olga C. Soares SMAN Kupang Timur Dalam Puisi "Jangan Panggil Aku Tiles"

Kupang // Olga Clara Soares siswa SMA Negeri Kupang Timur mendaraskan  puisi yang menggugat nurani menyetuh kalbu dalam balutan kritikal penuh harus disudahi. Sebuah seruan anak bangsa yang menuntut dan mewajibkan hilangkan sekat pembeda antara sesama di NKRI walaupun tersasar pada lokalitas kesehariannya.

Puisi yang berjudul Jangan Panggil Aku Tiles itu dibawakan Olga saat gelaran  Festival Lomba Seni Siswa Nasional di Kecamatan Semau Selatan, Kabupaten Kupang. 

Olga Clara Soares sebagai pemiliki puisi ini membawakan sungguh sangat menjiwai bait demi bait bak seorang penyair. Tampilan yang luar biasa ini sebagaimana disaksikan ketika ada video yang dishare ke media ini pada Kamis, (28/4/2023) pukul 17.46 WITA. Bahkan juga telah beredar tulisan dari beberapa media on line seperti pasola.com yang menerangkan tersebarnya puisi Olga dari dokumentasi warga saat festival.

Jangan Panggil Aku Tiles

Semesta menulis takdirnya Tanpa Kompromi

Mengagetkan Mimpi yang Harmoni

Lalu terdengar Teriakan Jajak Pendapat Yang Sekarat

Aku Nelangsa Menemui Hidup Yang Miris

Padat, Sarat dan Melarat

Kami Tentu Tak Tinggal Menetap

Kami Warga Baru Yang Akrab Dengan Stigma

Manusia Kasar, Beringas, Penuh Amarah dan Kasar

Kami Bersama Tapi Terbeda Oleh Perbedaan

Kami Tiles dan Mereka Lokal

Padahal Demi Cinta Kami Pada Negara Indonesia

Membuat Kami Rela Menikmati Camp Camp Pengungsian

Lantai-Lantai Rumah Kami Beralas Tanah

Bahkan Tak Jarang Kami Menatap Langit Dari Atap Rumah Kami

24 Tahun Kami Berlalu Kami Tetap Dianggap Tiles

24 Tahun Berlalu Kami Tetap Dipanggil Pengungsi

Tanah Ladang Kami Mencari Sesuap Nasi Hanya Pinjaman

Dan Kami Tak Mendapat Hati Yang Tulus Menerima

Aku Indonesia Kita Indonesia

Kami Bagian Yang Terucap Dalam Bhineka Tunggal Ika

Aku Cinta Bangsaku, Aku Cinta Negeriku

Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia.

Olga ketika diwawancarai wartawan mengatakan puisi yang ditulisnya berangkat dari pengalamannya sehari sehari. Ia merasa sedih karena masih dipanggil Tiles (Timor Leste)/padahal merupakan warga Indonesia yang sah.

” Sakit hati Kaka karena bagi Kami tetap Timor Leste walaupun kami sudah lama menetap di Indonesia. Tapi tetap kami di sebut warga yang mengungsi di Indonesia padahal kami juga mau di sebut anak Indonesia bukan Timor Leste atau Timor Timur,” ujar Siswa Kelas X Yang memilik Cita-Cita Jadi Penulis.

Meski Demikian Pengagum Chairil Anwar ini tidak berkecil Hati. Ia Tetap akan terus mencintai Indonesia Tanpa Henti meski sebutan Pengungsi masih kerap terdengar dalam keseharian.

Salah satu Anggota Laskar Muda Indonesia Timur, Gasper Pinto Menanggapi Video Puisi Yang beredar ini. Menurutnya Kami Generasi Muda Sebenarnya Tidak mau lagi di sebut Tiles atau eks tim tim Apalagi Pengungsi Tiles.

” Dikarenakan Yang Kami dari awalnya Adalah 100% WNI (Warga Negara Indonesia) Entah Prosesnya seperti apa Provinsi Timor Timur Merdeka itu urusan Para Pelaku Politik dulu, yang kami ketahui dan semua harus Tahu Kami Lahir Sebagai Warga Indonesia! lantas kenapa bahasa tersebut Disematkan kepada kami?,” ujarnya.

Ia berharap penyebutan Eks Timor Timur atau Pengungsi atau Tiles tidak lagi ada dalam kehidupan sehari-hari.

” Jadi kami mohon untuk seluruh warga Indonesia bahasa tersebut sebaiknya tidak di pakai untuk kami, kami tidak ingin mengemis kalian menerima kami sebagai bagian dari Indonesia tapi memang kami dari awalnya Warga Negara Indonesia , dengan sebutan anak Indonesia Timur, biarkanlah para pejuang yang menyebut Nama mereka Ex Pejuang Timor Timur,” kata Gasper Pinto. *(Dikutip dari berbagai sumber)



Iklan

Iklan