HKAN 2021 Meriah dan Berkesan, Dirjen KSDAE Bangga Bisa Berkumpul Bersama di TWAL Lasiana

Mutiaratimur.net, Kupang, - Perayaan Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional Tahun 2021 di Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Lasiana Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mulai hari ini, Senin ( 22/11/21) terlihat sangat meriah dan berkesan yang membuat Dirjen KSDAE merasa bangga,a karena bisa berkumpul di Taman Wisata Alam Laut Lasiana Kota Kupang, NTT walaupun masih dalam situasi covid-19.

Demikian Setditjen KSDAE, Suharjono pada saat  membawakan Sambutan Dirjen KSDAE, Ir.Wiratno, M.Sc.

"Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya kita dapat hadir di Pantai Lasiana, TWAL Teluk Kupang, Balai Besar KSDA Nusa Tenggara Timur dalam keadaan sehat walafiat.

Dengan bangga, saya bahagia kita dapat berkumpul bersama dalam walaupun di tengah situasi pandemi COVID-19 di acara yang sangat bermakna bagi dunia konservasi, yaitu Peringatan Puncak Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) tahun 2021, dengan mengusung tema: Bhavana Satya Alam Budaya Nusantara: Memupuk Kecintaan pada Alam dan Budaya Nusantara,"ungkap Setditjen mewakili Dirjen KSDAE.

Diteruskanya,  "pandemi Covid-19 yang terjadi di berbagai tempat di dunia tidak pelak telah memukul berbagai sektor baik ekonomi, pendidikan, bisnis, transportasi, tidak terkecuali kegiatan pariwisata alam dan kebudayaan di kawasan konservasi dan sekitarnya. Pengelolaan kawasan konservasi tidak dapat dilepaskan dari masyarakat yang tinggal dan hidup di daerah penyangganya."

Menurut Dirjen, setidaknya terdapat 6.831desa yang berbatasan dengan kawasan konservasi atau equivalen dengan sekitar 9,5 juta orang menggantungkan kehidupan sosial, ekonomi, budayanya  pada kawasan - konservasi dan hidup dalam keterbatasan atau tertinggal. Pada umumnya masyarakat di sekitarkawasan bekerja pada sektor pertanian, sektor pariwisata alam baik jasa maupun non jasa, dan mayoritas menggantungkanhidupnya kepada kawasan konservasi dengan memanfaatkan sumber daya alam.

"Pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat sekitar kawasan telah berlangsung turun temurun, baik untuk kegiatan komersial maupun kebutuhan sehari-hari. Produk jasa lingkungan yang tidak lepas dari dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan konservasi setidaknya meliputi air, sumber makanan, tumbuhan obat, sumber bahan bakar, dan keindahan bentang alam.  

Pengelolaan jasa lingkungan, contohnya wisata alam di kawasan-konservasi, pada beberapa tempat telah terbukti memberikan multiplier effects yang cukup besar, baikbagi masyarakat maupun pemerintah. Meskipun adanya penurunan PNBP bidang pariwisata alam akibat pandemi Covid-19 selama tahun 2020 menjadi sebesar Rp. 53, 81 M atau turun 68,5% dari tahun 2019 atau sebesar Rp. 171,18 M,"ulasnya.

Beliau melanjutkan, "namun demikian adanya reaktivasi obyek wisata alam di 106 TN/TWA, kegiatan pengusahaan pariwisata alam berhasil menyerap sekitar 6.893 orang tenaga kerja dan sampai dengan Bulan Oktober 2021 jumlah telah menyetorkan PNBP sebesarRp.35,53 M.

Hal ini membuktikan bahwa tata kelola jasa lingkungan berbasis masyarakat merupakan peluang pemerintah untuk meningkatkan taraf perekonomian dan kompetensi masyarakat. Selain itu, seiring dengan menguatnya perekonomian masyarakat, maka tekanan terhadap kawasan pun dapat berkurang. Dengan demikian, hutan lestari masyarakat sejahtera dapat terwujud," ujarnya.  

Disampaikanya pula pada sambutan ini, "penerapan reaktivasi obyekwisata alam di kawasan konservasi selama pandemi Covid-19 menjadi tantangan berat bagi kami di Direktorat Jenderal Konservasi Alam dan Ekosistem dan mengedepankan prinsip kehati-hatian. Penyiapan sarana prasarana pendukung, Standart Operational Procedure (SOP) dan Sumber Daya Manusia (SDM) serta koordinasi dengan Satgas Covid-19 serta parapihak terkait guna memotong rantai penyebaran virus Covid-19,"urainya.

"Adanya reaktivasi obyekwisata di kawasan konservasi tentu disyukuri para pelaku industri pariwisata alam seperti pengusaha hotel, homestay, pemandu wisata, porter, penyedia jasa transportasi, penjual makanan minuman, penjual souvenir dan lain-lain yang selama ini berhenti beraktivitas karena adanya penutupan kawasan. Hal ini tentunya menyebabkan ribuan masyarakat sekitar kawasan terdampak dari sisi perekonomian. Banyak studi tentang multiplier effects dari kegiatan pemanfaatan kawasan konservasi. Sutdi tersebut bahwa kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan seperti wisata alam adalah 15 sampai 20 kali lipat lebih besar dari nilai PNBP yang diterima oleh negara," ucapnya lagi.

Dari sisi nilai pengelolaan secara ekonomi beliau pun mengutarakan rasionalisasi atau perbandingan yang terjadi saat ini berkaitan pendapatan.

"Berdasarkan rekapitulasi nilai kelola ekonomi Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) dari tahun 2015-2019 dengan menggunakan pendekatan multiplier effects meliputi fungsi penelitian, pendidikan dan ilmu pengetahuan, fungsional jasa lingkungan, fungsi penunjang budidaya dan plasma nutfah, fungsi restorasi dan pemulihan ekosistem dan fungsi sosial yaitu sekitar Rp.201 M atau rasio sebesar 1: 3 dengan realisasi APBN Balai TNGC. 

Berdasarkan data nilai kelola ekonomi Bulan Januari – Agustus 2021 yaitu sekitar Rp. 32 M atau rasio sebesar 1: 4 dengan realisasi APBN yang dibelanjakan dalam pengelolaan TNGC. Hal ini menunjukkan bahwa animo masyarakat yang berkaitan dengan kawasan konservasi sangat tinggi, bahkan di masa pandemi," ujar Dirjen KSDAE.

Lebih lanjut ia menuturkan dalam sambutan itu, "reaktivasi kawasan konservasi untuk kunjungan wisata alam dilakukan dengan menerapkan tata kelola kunjungan wisata alam yang lebih baik, diantaranya dengan membekali petugas dengan pengetahuan protokol kesehatan, penerapan kuota kunjungan, protokol kunjungan wisata alam dan penerapan serta pengecekan protokol kesehatan, penambahan fasilitas kesehatan, dan penyusunan laporan pemantauan dari seluruh kawasan konservasi yang dibukanya setiap hari disampaikan 

kepada Menteri LHK. Reaktivasi obyek wisata alam di kawasan konservasi juga momentum penerapan reservasi yang memperhatikan penghitungan daya dukung kawasan melalui e-booking dan menghindari mass tourism. Selain itu juga saat yang tepat untuk menerapkan e-ticketingsecara cashless and touchless untuk meningkatkan kenyamanan dan keselamatan pengunjung kawasan konservasi serta sebagai salah satu tindakan pecegahan penyebaran Covid-19. Pada sisi ekonomi, reaktivasi obyek wisata di kawasan konservasi sebagai salah satu bentuk dukungan Kementerian LHK terhadap pemulihan perekonomian masyarakat. 

Puncak peringatan HKAN Tahun 2021 ini mengusung tema: Bhavana Satya Alam Budaya Nusantara: Memupuk Kecintaan pada Alam dan Budaya Nusantara. Hal ini selaras dengan strategi pengembangan pariwisata alam Conservation, Community and Commodity dimana lebih mengutamakan wisata yang berkualitas (quality tourism) dan mendorong berkembangnya wellness tourism. Harapannya adalah durasi tinggal (length of stay) wisatawan meningkat."

Dalam sambutannya tak lupa disampaikan harapan kedepan yaitu kemitraan dengan berbagi para pihak. 

"Hilirisasi industri pariwisata alam yang melibatkan banyak stakeholders dan digitalisasi UMKM dalam pemasaran dan promosi perlu ditingkatkan. Pelibatan masyarakat adat perlu ditingkatkan, budaya dan kearifan local menjadi modal utama dalam mengatasi krisis akibat Pandemi Covid-19 melalui pengembangan wisata alam. Inilah saatnya masyarakat sebagai pelaku utama dalam pengelolaan konservasi dan budaya," harapnya.

Sebelum mengakhiri Ditjen menginfokan, bahwa Puncaki Peringatan HKAN 2021 kali ini juga diselenggarakan bersamaan dengan peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) yang diperingati setiap 5 November. HCPSN Tahun 2021 mengusung tema: Keanekaragaman puspa dan satwa: aset dasar pemulihan ekonomi nasional. Tentu saja tema HCPSN tersebut sangat berkaitan erat dengan kegiatan - kegiatan peringatan HKAN yaitu, pelepas liaran satwa liar dan penanaman pohon sebagai upaya rehabilitasi habitat, serta pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar untuk kesejahteraan masyarakat dan penerimaan pendapatan dan devisa negara. 

Mengakhir sambutan pada acara pembukaan HKAN tahun 2021 ia mengatakan, "saya berpesan kepada seluruh pengelola kawasan konservasi yang hadir hari ini, untuk merangkul masyarakat, memberikan akses serta prioritas kepada masyarakat sekitar kawasan untuk ikut terlibat dalam pengelolaan kawasan konservasi, serta memberikan pendampingan secara berkelanjutan. Pandemi virus Covid-19 telah memberikanku kesempatan bagi kita untuk mawas diri agar pengelolaan hutan berkelanjutan kedepan lebih memperhatikannya lingkungan, masyarakat sekitar dan tidak anti terhadap pembangunan.

Demikian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Semoga apa yang kita lakukan dalam mengisi rangkaian kegiatan Hari Konservasi Alam Nasional pada tahun ini mendapat ridho Allah SWT," tutup Direktur Jenderal KSDAE Ir. Wiratno, M.Sc.

Hadir dalam acara ini selain tamu undangan berasal dari luar NTT mitra Balai Besar KSDA NTT, yang tetapi juga turut hadir anggota DPR RI sekaligus ketua Dekranasda   NTT, Ny. Julie S. Laiskodat bersama Wakil Dekrasda NTT,  Ny.  Maria Fransiska Djogo, Sekda Provinsi NTT, Sekda Benediktus Polomaing bersama Isteri Ny. Maria serta ibu Pendeta. 

Perayaan Pembukaan Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional Tahun 2021 di Lasiana Kota Kupang  terlihat sangat meriah dan berkesan, karena  disajikan dengan berbagai atraksi yang menarik, kontekstual sesuai tema yang diusung, Bhavana Setia Alam Nusantara (memupuk kecintaan pada alam dan budaya nusantara). Atraksi itu seperti peragaan busana daerah NTT yang ditampilkan oleh para modeling  NTT, atraksi SMK Kehutanan Makasar melaui yel-yel KSDA dengan gerakan pemberi semangat, penampilan paduan suara Anak Rimbah Raya dari SMK Fatuleu Kabupaten Kupang, dan penampilan Puteri Duta Konservsi Sumber Daya Alam NTT, Jheny Besin memainkan sesando yang dipadukan dengan suara emasnya dalam lirik berisikan pesan menjaga, melestarikan alam nusantara serta cinta akan tanah air Indonesia. Tambah lagi sesuatu super sekali datang dari kedua host di acara HKAN 2021.  *(Mm)

Iklan

Iklan