Jalur 40 Kota Kupang Lahan Empuk Pembuangan Sampah dan Bangkai Babi



KUPANG,MT.NET - Jalur 40 Kota Kupang merupakan bentang jalan yang menarik karena menjadi jalan lingkaran luar yang singkat menghubungkan warga kota dari ujung barat mau ke timur atau sebaliknya.

Jalur ini juga menjadi pilihan warga untuk selfi ria karena viewnya, terutama berada di jembatan. Bukan hanya itu saja jalur 40 menjadi tempat pilihan warga untuk setiap sore berolahraga mencari kebugaran fisik dengan lari atau lopas dan jalan santai.

Hari Rabu (25/03) setelah siang melintasi Kota Kupang dibilangan Naikoten 1 depan perkumpulan perkantoran Pemprop NTT, dan Sore harinya lagi ke Jalur 40 Wilayah Petuk menuju BTN Kolhua, Belo dan Sikumana. Perjalanan dilakukan sekedar melihat situasi Kota Kupang terkini dalam masa inkubasi dan pencegahan corona virus, covid -19. Tentu yang terlintas dipikiran adalah jalur itu akan sunyi  sebab warga semua lagi isolasi diri untuk mencegah corona.
Tetapi setelah melintasi jalan jalur tersebut ternyata cukup ramai warga dengan semangat dan kebiasaannya sebagaimana sebelum gerakan pencegahan virus corona. Kaum milenial dengan kecerian ada yang berlari -lari, ada yang dengan berbagai gaya berfoto, atau selfi mengambil suasana cakrawala di sore hari.

Tak kalah pula orang dewasa, atau orangtua dengan hal yang serupa dan lain sebagainya. Di dalam perjalanan selain melihat suasana tersebut, teringat pula beberapa hari belakangan ada yang bercerita tentang joroknya sampah jalur 40 dengan bau bangkai yang menyengat akibat virus yang menyerang babi.

Kebenaran cerita pun terpampang nyata, seekor bangkai babi hitam dibungkus dengan karung putih diletakan dipinggir jalan dengan aroma busuk yang  menyengatkan. Mual dan memuakan. Aneh, apa yang mau dicari perlakuan pemilik hewan seperti ini.

Setelah melewati bangkai terus melaju menuju unjung barat jembatan Petuk pertama dari arah timur, sampah lagi bertumpuk menghiasi jalan ujung jembatan. Wahh, benar-benar kota yang bersih tertantang.

Joroknya lagi di jalur 40 tepatnya di RT 26/RW 10 Kelurahan Sikumana tumpukan sampah  hampir mengambil sebagian badan jalan.

GS warga Sikumana ketika diminta pendapatnya, mengatakan,
persoalan sampah dan pembuangan bangkai babi menunjukkan belum adanya kesadaran dari warga untuk hidup sehat. Pemerintah Kota mempunyai gerakan masyarakat hidup sehat, tapi itu hanya sebatas himbauan. Sebaiknya harus ada kegiatan sosialisasi ke akar rumput di RT/RW tentang gerakan hidup sehat. Lalu di titik-titik yang sering dibuang sampat perlu dibuat semacam sentra pengawasan terhadap perilaku warga yang buang sampah sembarangan. Tenaga pengawasan bisa dari perangkat RT, daripada para perangkat RT terima insentif tapi kerja hampir tidak ada.
Keadaan kota seperti tersebut, apa yang mau diharapkan bersama kalau proses penanganan sampah masih belum menjadi kesadatan warga sebagai gerakan hidup sehat. ***



Iklan

Iklan